ERA.id - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan posisi Indonesia semakin dihargai dan dihormati oleh negara lain, terlebih Indonesia akan memegang Keketuaan Presidensi Kelompok 20 (Group of Twenty/G20) pada 2022 dan Keketuaan ASEAN pada 2023.
Namun, kata Presiden Jokowi, dirinya sedih jika nama Indonesia justeru dikerdilkan di dalam negeri sendiri.
“Tapi yang sering saya sedih, posisi kita semakin dihargai, posisi kita semakin dihormati, posisi kita semakin dipandang negara lain, tapi sering di negara sendiri dikerdilkan. Ini yang sering membuat saya sedih,” kata Presiden pada HUT ke-10 Partai Nasdem yang ditayangkan Youtube NasDem TV dipantau di Jakarta, Kamis (11/11/2021).
Presiden menekankan Indonesia adalah negara besar dengan sejarah besarnya.
“Perlu saya tegaskan sekali lagi kita ini adalah negara besar yang sering kita lupa, sering kita lupa,” ujarnya.
Per 1 Desember 2021 hingga November 2022, Indonesia akan menjadi Presidensi G-20, atau kelompok yang beranggotakan 20 negara dengan penyumbang perekonomian terbesar di dunia. Forum G20 menyumbang sekitar 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Indonesia menjadi negara berkembang pertama yang memegang Presidensi G20.
Selanjutnya, di 2023, Indonesia juga akan menjadi Ketua ASEAN.
“Sebetulnya, baik pada keketuaan Presidensi G20, atau nantinya setelah ini jadi Ketua ASEAN, mestinya Indonesia sebagai bangsa dihormati, dan juga warga negara Indonesia ini juga akan merasakan semuanya, warga kita itu merasakan akan kehormatan itu. Saya juga ingin warga negara kita ini juga dihormati dihargai oleh warga negara lain, di mana pun WNI kita berada,” kata Presiden Jokowi.
Presiden menginginkan tidak ada masyarakat Indonesia yang memiliki mental inferior, karena Indonesia adalah bangsa yang besar.
“Oleh karena itu kita harus membangun seperti tadi yang disampaikan oleh Bapak Surya Paloh (Ketua Umum Partai NasDem), kita harus membangun, mulai membangun rasa percaya diri, rasa optimisme, sebagai bangsa pemimpin, jangan sampai kita kehilangan orientasi itu, dan itulah yang dinamakan gerakan perubahan, restorasi,” ujar Presiden Jokowi.
Jokowi menganggap ada mental inferior yang membungkus bangsa Indonesia sehingga sering merendah di hadapan bangsa lain.
"Saya tak ingin mental inlander, mental terjajah, ini masih ada yang masih bercokol di dalam mentalitas bangsa kita. Ketemu bule saja kayak ketemu siapa gitu, sedih kita," ucap Jokowi.