ERA.id - Sebanyak 16.593 warga masih bertahan di pos pengungsian yang tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, pascagempa Larantuka dengan magnitudo (M) 7,4 yang terjadi pada Selasa lalu (14/12/2021).
"Total warga mengungsi berdasarkan data BPBD setempat per hari ini, Sabtu pukul 14.30 WIB, berjumlah 16.593 jiwa yang tersebar di 104 titik pengungsian," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (18/12/2021) dikutip dari Antara.
Warga yang mengungsi di Kecamatan Pasimarannu tersebar di delapan desa. Total warga mengungsi di kecamatan ini berjumlah 10.188 jiwa.
Mereka tersebar di Desa Bonerate 6 titik dengan jumlah warga mengungsi 1.497 jwa, Desa Majapahit 4 titik dengan 2.391 jiwa, Desa Lamantu 5 titik (1.502 jiwa), Desa Batubingkung 3 titik (1.331 jiwa), Desa Bonea 7 titik (1.158 jiwa), Desa Lambego 3 titik (920 jiwa), Desa Sambali 12 titik (810 jiwa) dan Desa Komba-Komba 3 titik (579 jiwa).
Pada Kecamatan Pasilambena, total warga mengungsi berjumlah 6.405 jiwa, yang tersebar di 61 titik pengungsian.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengidentifikasi di Desa Karumpa sebanyak 11 titik pengungsian dengan 1.855 jiwa, Desa Pulo Madu 5 titik (1.260 jiwa), Desa Kalaotoa 28 titik (978 jiwa), Desa Garaupa 6 titik (826 jiwa), Desa Lembangmatene 7 titik (822 jiwa) dan Desa Garaupa Raya 4 titik (664 jiwa).
"Selain berdampak pada pengungsian, gempa memicu terjadinya kerusakan bangunan rumah warga," ujar Abdul.
Data BPBD mencatat rumah rusak berat 361 unit dan rusak ringan 800 unit, sedangkan untuk fasilitas umum berupa fasilitas pendidikan rusak berat 2 unit, tempat ibadah rusak berat 4 unit dan rusak ringan 1 unit. Di samping itu, rumah jabatan kepala desa rusak berat 1 dan pelabuhan rakyat rusak berat 1. Demikian juga gedung pemerintah 7 unit, fasilitas pendidikan 1 unit dan gudang 2 unit masih dilakukan verifikasi tingkat kerusakan.
Pengungsian juga teridentifikasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu di Kabupaten Sikka dan Flores Timur. Jumlah warga mengungsi tidak sebanyak di Kabupaten Kepulauan Selayar.
BPBD Kabupaten Sikka menginformasikan 226 jiwa mengungsi di aula rumah jabatan Bupati Sikka, sedangkan di Kabupaten Flores Timur, terdapat 390 jiwa mengungsi di Desa Lawebele dan 97 di Desa Ile Padung.
Warga yang masih bertahan di pengungsian tidak semua disebabkan kerusakan bangunan tempat tinggalnya. Mereka mengungsi sementara waktu untuk mengantisipasi gempa susulan.
Catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sebanyak 713 kali gempa susulan di atas skala M5,0 hingga Sabtu (18/12), pukul 07.00 WIB.
Gempa yang terjadi pada 14 Desember 2021 lalu ini berpusat pada 112 km arah barat laut Kota Larantuka, NTT, dengan kedalaman 10 km. Guncangan kuat dirasakan masyarakat di beberapa kabupaten di Provinsi NTT, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Hingga kini, BNPB terus memonitor penanganan darurat yang dilakukan pemerintah daerah serta memastikan pelayanan dasar masyarakat di desa-desa terdampak terselenggara secara optimal. BNPB telah mengirimkan bantuan logistik ke Kepulauan Selayar, seperti makanan siap saji, lauk pauk, makanan tambahan gizi, selimut, matras dan tenda keluarga.