ERA.id - Survei Indometer menunjukkan pertarungan partai papan tengah terbilang sengit. Satu nama baru bercokol di sana, yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Uniknya, elektabilitas PSI merangkak naik sejak 2019. Tentu saja, ini peningkatan pesat. Dulu, partai yang digawangi Giring Ganesha ini, hanya mampu meraih perolehan 1,89 persen dengan mengemas 2 juta lebih suara di pemilihan legislatif.
Atas hasil itu, Grace Natalie dkk mesti menelan ludah tak mendapat kursi di Senayan. Kini, mereka sudah bersanding dengan mantan partai penguasa yakni Demokrat. Hebat ya partai yang pernah berkasus soal nasi kotak beracun ini?
Selain Demokrat, PKS turut menemani PSI dengan elektabilitas 6,4 persen, PSI 5,1 persen, dan Demokrat 4,8 persen. Partai-partai lainnya ialah NasDem 4,0 persen, dan PPP 2,6 persen yang juga berada di kubu Pemerintah.
"Selama era Presiden Jokowi, terjadi pemusatan kekuasaan di tubuh negara secara efektif, diikuti dengan kooptasi hampir semua partai politik di barisan Pemerintah," ujar Direktur Eksekutif Indometer Leonard SB.
Leo juga menyorot aksi partai oposisi sejauh ini. Menurutnya, kritik dan protes yang dilancarkannya dengan memanfaatkan sentimen di tengah masyarakat dan demonstrasi, tampaknya tidak berhasil menggoyahkan posisi Pemerintah.
Hal itu terbukti dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang dinilai kontroversial malah mudah diloloskan oleh parlemen, misalnya UU Cipta Kerja.
Demikian pula dengan revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang selama bertahun-tahun mendapat tantangan luas, namun bisa berjalan dengan mulus.
Partai atas
Sementara dua partai politik utama di kubu Pemerintah yakni PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, masih tetap unggul menjelang pergantian tahun 2021 kemarin.
"PDIP dan Gerindra unggul dalam peta elektabilitas partai politik menuju Pemilu 2024," kata Leo.
Temuan survei yang dilakukan lembaga survei Indometer menunjukkan PDIP meraih elektabilitas tertinggi sebesar 16,5 persen, disusul Gerindra 13,1 persen.
Secara umum, partai-partai di lingkaran Pemerintah cenderung mendominasi peta elektoral, termasuk PKB dengan elektabilitas 7,8 persen dan Golkar 7,3 persen.
Partai bawah
Geliat partai-partai baru mulai muncul dengan kehadiran Partai Ummat dengan raihan elektabilitas 1,7 persen.
Partai tersebut berpotensi mengancam partai yang sama-sama didirikan oleh Amien Rais, yaitu PAN dengan elektabilitas 1,5 persen. Berikutnya, terdapat Gelora 1,0 persen yang didirikan oleh para mantan kader PKS.
Sisanya merupakan partai-partai papan bawah, yaitu Perindo 0,9 persen, Hanura 0,7 persen, PBB 0,5 persen, Berkarya 0,3 persen, PKPI 0,2 persen, dan partai baru Masyumi Reborn 0,1 persen.
Kemudian untuk Partai Garuda nihil dukungan, sedangkan partai-partai baru lainnya 0,5 persen. Untuk persentase tidak tahu atau tidak jawab berada pada angka 25,0 persen.
Masih bisa berubah
Menurutnya, peta elektoral partai politik masih bisa berubah seiring pembentukan koalisi untuk mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.
"Setidaknya sudah ada arah kemunculan dua poros di kubu Pemerintah, antara PDIP-Gerindra yang berencana mengusung Prabowo-Puan, dan NasDem yang condong mendukung Anies Baswedan," ujar Leonard.
Survei Indometer dilakukan pada 11 hingga 20 Desember 2021 terhadap 1.200 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang dipilih secara acak bertingkat.
Wawancara dilakukan dengan tatap muka serta menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Margin of error atau batas kesalahan survei sebesar 2,98 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.