ERA.id - Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai butiran es sebesar kelereng mengguyur kawasan Kota Yogyakarta pada Rabu, (3/3/2021) siang. Kejadiannya cukup dramatis. Meski begitu, fenomena ini sebenarnya adalah suatu fenomena alamiah yang disebut sebagai 'hail'.
Dari sebuah video yang beredar di aplikasi WhatsApp terlihat seorang pria menunjukkan butiran es sebesar satu ruas jari di tengah hujan lebat di kawasan Tugu, Yogyakarta. Di sekitar pria tersebut terlihat butiran-butiran es berserakan dalam jumlah banyak.
Melansir dari laman National Geographic, peristiwa hujan es ini adalah salah satu fenomena presipitasi (turunnya hujan) di atmosfer. Peristiwa ini disebut sebagai 'hail'.
"Hal tercipta ketika tetesan air membeku di area atas gugus awan badai yang dingin," tulis National Geographic.
"Bongkahan es tercipta lewat lapisan air yang terikat dan membeku di gugus awan besar. Tetes air yang beku ini jatuh dari awan ketika badai berlangsung, namun terdorong kembali ke awan oleh hembusan angin yang bergerak ke atas."
"Ketika butiran es itu kembali ke atas, ia bertemu dengan tetesan air lainnya, yang lalu ikut membeku dalam butiran es tersebut, sehingga lapisan-lapisan es bertambah banyak. Pada saatnya butiran es ini akan jatuh ke bumi ketika massanya sudah terlalu berat, atau ketika sudah tidak ada lagi hembusan angin ke atas."
Organisasi ilmu pengetahuan tersebut menyebutkan bahwa besar bongkahan es bisa berdiameter antara 5 milimeter hingga 15 milimeter. Bentuknya pun bisa bulat maupun bergerigi.
Beberapa kawasan di dunia kerap mengalami fenomena hujan es. Di India, keberadaan angin muson musim panas kerap mengakibatkan badai dan juga hujan es. Fenomena ini sempat memakan korban di daerah Moradabad, India, tahun 1888, ketika 250 orang meninggal akibat badai dan hujan es.
Selain India, China, area Midwester AS, hingga Kanada juga pernah mengalami fenomena ini.
Butiran es yang bisa sebesar bola bisbol ini sanggup menyebabkan kerusakan pada bangunan, kendaraan, dan utamanya pada lahan pertanian. Tak heran, seperti diceritakan National Geographic, pada abad ke-18, masyarakat Eropa berusaha mencegah hujan es semacam ini. Mereka bahkan sampai mencoba menembakkan meriam ke awan hingga membunyikan lonceng gereja.
Fenomena hujan es di Yogyakarta sendiri pada Rabu berlangsung sejak pukul 13.10 WIB, seperti dikabarkan Harian Jogja. Berdasarkan laporan warga, hujan lebat yang disertai turunnya butiran es itu terjadi cukup lama.
"Hujannya deras sekali disertai es sebesar kelereng kecil. Dari dalam rumah terdengar bunyi klothak-klothak di genteng," kata Maya, warga Jetis, Yogyakarta, dilansir dari Bisnis.com.
Sebelumnya, hujan es terjadi di wilayah Bangukerto, Turi pada Selasa, (2/3/2021) dan wilayah Argomulyo, Cangkringan, pada Sabtu, (27/2/2021).