Mengenang Berakhirnya Era Perang Kemerdekaan 70 Tahun Silam

| 28 Dec 2019 11:15
Mengenang Berakhirnya Era Perang Kemerdekaan 70 Tahun Silam
Akola Ra’jat Iboe Inggit Garnasih menggelar upacara peringatan penandatanganan naskah penyerahan serta pengakuan kedaulatan Indonesia (Dok. SR Iboe Inggit Garnasih)
Bandung, era.id - Sakola Ra’jat Iboe Inggit Garnasih menggelar upacara peringatan penandatanganan naskah penyerahan serta pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Kerajaan Belanda yang dilaksanakan di Rumah Bersejarah Ibu Inggit Garnasih, Jalan Ibu Inggit Garnasih, Ciateul, Bandung Jumat (27/12). Upacara penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan itu dilakukan secara bersamaan di Indonesia maupun di negeri Belanda 70 tahun lalu. Pengakuan kedaulatan tersebut hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949.

“Peringatan upacara penandatanganan kedaulatan yang diikuti oleh peserta didik dan orang tua Sakola Ra’jat Iboe Inggit Garnasih, Pramuka SMPN 6 Bandung, Mahasiswa Universitas Sangga Buana YPKP serta Pengurus RW 05 Lio Genteng ini, sebagai wujud merawat ingatan kami akan momentum bersejarah tentang peristiwa penyerahan serta pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda,” kata Ketua Penyelenggara yang juga Koordinator Harian di SR Iboe Inggit Garnasih, Ari Rizki Maulana, Bandung, Jumat (27/12).

Ari menjelaskan acara tersebut digelar untuk mengenang kembali babak sejarah kedaulatan Indonesia. Materinya lanjut Ari, diisi dengan pembacaan salinan piagam penyerahan serta pengakuan kedaulatan, pembacaan akta penyerahan serta pengakuan kedaulatan, pemutaran rekaman pidato Ratu Juliana pada upacara pengakuan kedaulatan di Amsterdam, pemutaran rekaman pidato Mohammad Hatta pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag, penurunan bendera Kerajaan Belanda dan pengibaran bendera Merah Putih.

Baca Juga: 27 Desember HUT RI Versi Belanda

Ari mengatakan terdapat empat hal utama alasan pengakuan kedaulatan Indonesia harus diperingati. Pertama sebut Ari, sebagai refleksi berakhirnya masa kolonialisasi Belanda di Indonesia.

“Kedua, untuk mengingatkan masyarakat khususnya generasi muda bahwa pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda ini menjadi tanda berakhirnya perang revolusi bersenjata. Ketiga, dengan adanya pengakuan ini Indonesia mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya. Keempat, pengakuan kedaulatan ini menjadi momentum untuk membangun Indonesia dengan modal kekuatan sendiri,” ujar Ari.

Ari menuturkan, pengakuan kedaulatan oleh Kerajaan Belanda bermakna penting bagi Indonesia. Dengan pengakuan tersebut menjadi periode akhir dalam babak sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, yaitu menjadi tanda berakhirnya perang bersenjata dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan, yang penuh dengan penderitaan dan pengorbanan yang telah menelan sekian banyak korban jiwa dan harta rakyat Indonesia.

“Dengan adanya pengakuan kedaulatan tersebut, maka berakhirlah riwayat kolonialisme Belanda atas Indonesia. Peristiwa ini juga menandai berdirinya negara Republik Indonesia Serikat. Dengan demikian, pada hakikatnya, apa yang dilakukan pihak Belanda adalah mengakui kedaulatan bangsa Indonesia sendiri atas wilayah nasionalnya secara utuh, baik de facto maupun de jure,” sebut Ari.

Arie berharap peringatan ini menjadi ajang rekonsiliasi hubungan Indonesia dengan Belanda dikalangan masyarakat, dan dengan berjiwa besar dapat kembali saling mengenal antara kedua bangsa. Sesuai ucapan Bung Hatta yang dikutip oleh Ari, yaitu ‘Marilah kita memulai sejarah baru diatas dasar damai dan kerja sama, bangsa Indonesia dan bangsa Belanda kedua-duanya akan memperoleh bahagianya, anak cucu kita, angkatan kemudian akan berterima kasih kepada kita’.

Sebelum peringatan upacara kedaulatan Indonesia ini, pada pukul 14.00 WIB rombongan Sakola Ra’jat Iboe Inggit Garnasih melaksanakan ziarah dan meletakkan karangan bunga di Taman Kehormatan Kerajaan Belanda Ereveld Pandu Bandung. Mengutip ucapan Menteri Luar Negeri Kerajaan Belanda Bernard Bot pada tahun 2005 ketika disinggung tentang hubungan Indonesia – Belanda, ‘Pengetahuan sejarah memang tidak mewah, tapi itu adalah persyaratan untuk memandang lebih jelas tentang masa depan'.

Rekomendasi