Jenderal Soedirman memang figur yang sulit dilupakan. Namanya harum seharum perjuangannya. Sejak muda banyak yang segan terhadapnya, sosok yang keras dan sangat alim. Tapi tahukan, ia luluh terhadap seorang gadis Cilacap. Bukan seorang gadis sembarangan.
Namanya Siti Alfiah, dikenal sebagai primadona Cilacap. Keduanya bertemu di Perkumpulan Wiworotomo, Organisasi Intrasekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Kala itu, banyak lelaki yang berebut hati Alfiah. Tapi tak bikin niat Soedirman untuk memperjuangkan cintanya ciut.
Berbagai cara dilakukan Soedirman muda untuk mendekati Alfiah. Soedirman yang handal bermain teater, ditunjuk sebagai ketua panitia pementasan teater dalam waktu dekat. Tak perlu lama untuk menentukan siapa yang akan berkolaborasi bersamanya, ia memilih Alfiah sebagai bendahara pementasan teater.
Cara yang dilakukan berhasil. Dia kian dekat dengan Alfiah. Tak jarang ia berkunjung ke rumah Sastroatmodjo, orang tua Alfiah, dengan alasan untuk membicarakan koordinasi internal Muhammadiyah. Keduanya memang merupakan pengurus Muhammadiyah. Melihat kedekatan mereka semakin lama, mulai banyak lelaki yang memilih mundur untuk mendekati Alfiah.
Layaknya roman cinta besar pada umumnya, yang tak selalu indah. Kisah cinta Soedirman dan Alfiah pun begitu. Bukan karena tak direstui orang tua, melainkan paman Alfiah yakni Haji Mukmin yang merupakan seorang saudagar pemilik hotel. Sang paman mau Alfiah menikah dengan kalangan orang kaya. Sementara Soedirman hanyalah anak dari ajudan wedana yang bergaji kecil.
Namun, itu semua tak mengurungkan semangat Soedirman untuk memperjuangkan cintanya terhadap Alfiah. Terbukti saat ia dipilih sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat/Angkatan Perang Republik Indonesia pada 12 November 1945. Ia mungkin memang telah ditakdirkan Tuhan menjadi panglima tentara pertama Indonesia. Menyisihkan saingannya yang kuat pula seperti Oerip Soemohardjo. Lewat momen ini restu paman Alfiah didapatkan.
Soedirman dan Alfiah menikah, hari-hari terasa sempurna. Cinta Soedirman sangat besar untuk Alfiah. Tak jarang jika Jenderal Soedirman di rumah, ia menyiapkan baju terbaik untuk sang istri agar selalu terlihat cantik. Begitu pula dengan Alfiah, ia rela melakukan apa saja demi pujangga hatinya.
Soedirman yang terkenal sebagai perokok berat, kala itu tengah terkapar di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Ia ingin sekali mencium aroma rokok dan dimintalah Alfiah untuk menghisap rokok lalu dihembuskan asap rokok itu ke wajahnya. Sejak saat itu pun, Alfiah menjadi seorang perokok.
Bak cerita Romeo dan Juliet, cinta keduanya yang besar akan meluluhkan hati siapa pun yang mendengarnya. Mereka dipisahkan oleh kematian yang terlebih dahulu menjemput sang Jenderal pada 29 Januari 1950 pada usia yang masih sangat muda, 34 tahun.