ERA.id - Pertandingan pamungkas dalam Grup B Euro 2024 yang dijalani Kroasia dan Italia di Red Bull Arena Leipzig pada Selasa dini hari pukul 02.00 WIB esok, adalah pertemuan antara dua tim terpantas mendampingi Spanyol ke fase gugur.
Kroasia hanya bisa mengumpulkan satu poin dari dua pertandingan pertamanya setelah dikalahkan oleh Spanyol dan kemudian ditahan seri oleh Albania, sedangkan Italia sudah mengumpulkan tiga poin setelah menang dari Albania, tapi kalah melawan Spanyol.
Untuk itu, Azzurri hanya memerlukan satu poin untuk memastikan tempat 16 besar, sebaliknya Kroasia harus memenangkan laga ini sambil berharap Albania dikalahkan oleh Spanyol.
Kalah dari Italia akan membuat Kroasia angkat kaki dari Piala Eropa 2024 lebih awal, sehingga memutus siklus bagus dua kali berturut-turut masuk babak 16 besar Piala Eropa pada edisi 2016 dan 2020.
Italia tadinya memiliki ekspektasi besar melangkah mulus dalam Piala Eropa edisi Jerman ini, setelah melewati sembilan pertandingan Piala Eropa tak terkalahkan.
Spanyol telah mengganggu Italia dalam memuluskan mimpi indah menjuarai Piala Eropa dua kali berturut-turut, setelah tiga tahun lalu Azzurri mengangkat trofi Euro di Wembley, Inggris.
Kabar baik bagi pelatih Luciano Spalletti, La Nazionale belum pernah kalah dua kali berturut-turut dalam ajang Piala Eropa.
Tidak perlu muluk-muluk bagi Azzurri. Terhindar dari kekalahan melawan tim asuhan Zlatko Dalic sudah merupakan target minimal Italia dari pertandingan di Leipzig ini.
Jika sampai kalah dan saat bersamaan Albania membuat kejutan dengan menumbangkan Spanyol dalam pertandingan terakhir lainnya di Grup B, maka rusaklah ambisi Italia dalam mempertahankan gelar juara Piala Eropa, walau masih berpeluang mendapatkan tiket dari status peringkat ketiga terbaik.
Luciano Spalletti juga dipaksa berpikir lebih keras mengingat banyak catatan merah Italia ketika lawan yang akan dihadapinya adalah Kroasia.
Italia juga akan dipaksa memutar otak yang dalam kompetisi lain di Piala Dunia selalu finis tiga besar dalam dua edisi terakhir Piala Dunia, selain juga berhasil melewati fase grup dalam lima dari Euro sebelum ini.
Italia juga harus awas karena pasukan Zlatko Dalic memiliki catatan lapangan yang lebih bagus kala melawan Albania dan Spanyol, walau hanya bisa memetik satu poin.
Pada dua pertandingan terdahulu dalam Euro 2024, Kroasia menjadi tim yang lebih menyerang, lebih menguasai bola dan lebih banyak menciptakan peluang ketika menghadapi Spanyol dan Albania.
Kroasia menjadi tim terbanyak membuat peluang dengan 36 peluang yang 11 di antaranya tepat sasaran.
Tetapi Italia, berkat permainan dominan kala melawan Albania, menjadi tim Grup B yang paling banyak mengumpan, 1.144 umpan dengan akurasi 90 persen. Kroasia sendiri membuat 1.049 umpan dengan akurasi juga 90 persen.
Azzurri memasukkan 2 gol tapi juga kemasukan 2 gol, sedangkan Kroasia memasukkan 2 gol tapi kebobolan 5 gol.
Kroasia menjadi pihak yang lebih menekan baik saat dikalahkan Spanyol maupun saat ditahan seri oleh Albania.
Sebaliknya, Italia menjadi pihak yang sangat dominan saat menaklukkan Albania, tapi menjadi yang tertekan saat melawan Spanyol.
Dalam kata lain ini adalah pertemuan antara dua tim berorientasi menyerang yang selalu berusaha mengendalikan permainan, akan berlangsung ketat sehingga kemungkinan untuk imbang dan menang tipis, akan sama besarnya.
Kedua tim kemungkinan merombak sebelas pemain pertamanya, walau mempertahankan pola bermain, karena kekalahan keduanya dari Spanyol mengekspos kelemahan mereka sehingga harus segera ditutup agar satu sama lain menjadi kekuatan lawan.
Kroasia yang pernah mencapai final dan semifinal Piala Dunia 2018 dan 2022, menjadi pihak yang paling mungkin melakukan perubahan besar demi bertahan dalam turnamen ini, dengan tetap memasang formasi 4-3-3.
Di antara pemain yang mungkin disisihkan dari starting line up adalah gelandang Marcelo Brozovic, yang tampil di bawah standar, seperti juga ditunjukkan rekannya gelandang kawakan yang juga kapten tim, Luka Modric.
Bukan hanya kedua pemain itu yang disorot karena bek sayap Ivan Perisic juga dikritik. Tapi penampilan tak terlalu bagus Perisic mungkin karena absen panjang akibat cedera.
Perubahan-perubahan itu dilakukan agar Kroasia tampil lebih menyerang sehingga memiliki peluang lebih banyak yang dengan sendirinya meningkatkan probabilitas gol yang sangat dibutuhkan Vatreni.
Azzurri juga dipaksa melakukan perombakan, terutama setelah diseruduk Tim Matador pada pertandingan kedua. Tak lagi memasang formasi 4-3-3 menghadapi tim eksplosif seperti Kroasia juga bisa menjadi cara mendapatkan poin dari laga ini.
Dalam kaitan perombakan itu, nama-nama seperti Gianluca Scamacca, Jorginho dan Giovanni Di Lorenzo untuk sementara bisa dipinggirkan oleh Spalletti.
Jika sang pelatih terpaksa merotasi besar-besaran timnya, maka Matteo Darmian, Bryan Cristante, striker Mateo Retegui, dan gelandang muda Nicoolo Fagioli bisa menjadi pilihan yang patut dia coba masukkan sebagai starter.
Tapi Spalletti hampir mustahil mengusik kiper Gianluigi Donnarumma, Alessandro Bastoni dan Nicolo Barella, serta beberapa pemainnya.
Spalletti juga mungkin tak lagi seberani saat menghadapi Spanyol dengan memasang formasi yang ofensif, karena Kroasia menjadi tim yang bermain lebih menyerang kala dikalahkan La Roja. Artinya, Spanyol saja ditekan, apalagi Italia.
Tetapi Azzurri bisa mengadopsi kecerdikan dan kesabaran Spanyol untuk meredam Kroasia yang kemungkinan habis-habisan menyerang karena lebih membutuhkan kemenangan ketimbang Italia.