ERA.id - Banyak yang berpikir, kalau Alfamart atau Indomaret salah satunya akan rugi jika toko mereka saling bersebelahan dan saling berebutan pembeli? Apakah itu benar? Secara awam, penilaian itu benar. Persaingan bisnis kalau tidak sama-sama untung, ya pasti yang satu rugi dan satunya untung. Tergantung pemasarannya seperti apa.
Nah, jika dilirik secara bisnis, keduanya bisa dapat keuntungan yang signifikan meski tak menutup kemungkinan juga akan rugi. Kalau itu merugikan, maka percobaan pertama mendempetkan dua toko itu, takkan terjadi kedua kali dan seterusnya.
Begini logika sederhananya, korporasi besar seperti dua retail modern itu, pasti, sebelum membuka gerai akan melakukan riset pembeli terlebih dahulu. Riset pembeli tidaklah mudah, harus terukur, punya data, dan menyimpulkannya butuh waktu lama. Tidak ada perusahaan yang mau bertaruh besar dengan berdagang di tengah ketidakjelasan pembeli.
Untuk itu, salah satu dari retail tersebut pasti berani menggelontorkan dana untuk riset. Sebab, mencari data dan hal yang berhubungan dengan riset seperti penjajakan, tidaklah gratis. Setelah riset dilakukan dan salah satu retail itu setuju untuk membuka gerai di satu daerah, maka pesaingnya yang satu lagi, otomatis akan ikut di sebelahnya.
Dia pasti untung, karena sudah tidak mengeluarkan ongkos riset dan penjajakan daya beli masyarakat sekitar. Sederhananya begini, tidak mungkin kan, satu dari perusahaan itu asal buka gerai? Sebab, sewa atau membeli tempat, memakai masyarakat sekitar sebagai karyawan, dan lain-lain, butuh dana juga dan pasti besar. Mau rugi belaka kalau ngasal?
Yang terakhir, untungnya mereka berdekatan, bisa juga membantu masyarakat yang malas antre. Misal, di salah satu gerai terlalu ramai dan antreannya terlalu panjang (biasanya kasir nya cuma 2), customer kemungkinan besar akan malas mengantre dan memilih ke retail sebelah.
Begitu saja. Intinya, pasar dan ekosistemnya sudah terbentuk, customer tinggal mencari yang terbaik dari pilihan yang ada. Malah, persaingan bisnis menjadi sehat dan tidak ada monopoli. Karena pengusaha dituntut untuk lebih kreatif dan inilah hal yang akan diperoleh, untung atau rugi secara teknis. Itu pilihan yang tak bisa dielakkan. Setidaknya mereka sudah riset.
Peganglah teori dalam buku The 22 Immutable Laws of Branding, karya Jack Trout dan Al Ries. Di sana dijelaskan, bahwa dalam rangka membangun suatu kategori produk, suatu merek harus menerima kehadiran merek lain (pesaing) karena konsumen selalu menginginkan pilihan.