Membandingkan Otot Kuli dengan Otot Anak Gym, Mana Lebih Baik?

| 05 Jan 2024 06:35
Membandingkan Otot Kuli dengan Otot Anak Gym, Mana Lebih Baik?
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

Bersama kuli membangun negeri.

ERA.id - Entah sejak kapan ungkapan di atas mulai bergaung, tahu-tahu itu sudah populer dan menjadi apresiasi kepada kerja-kerja kuli nasional. Lewat sebaris kalimat tadi, kuli yang biasa dipandang sebatas profesi kerah biru terangkat derajatnya sebagai agen pembangunan, dan kerja kuli menjadi begitu berarti. 

Sebelumnya, frasa yang sering disangkutpautkan dengan kuli identik dengan kekuatan. Misalnya, porsi makan berlimpah disebut "porsi kuli" dan tenaga tak habis-habis disebut "tenaga kuli". Kata apa pun digandengkan dengan kuli sama dengan "kekuatan" dan "otot".

Belakangan hari kata kuli jadi trending di media sosial X. Sebabnya beberapa anak gym tak mau dibanding-bandingkan dengan kuli. Mereka berpose memamerkan bentuk tubuh dengan segala otot beruratnya di tempat gym, lalu ditulis keterangan: Ya kali otot kuli mau disamain sama otot anak gym, lawak.

Harus diakui, meski sama-sama berotot, memang beda antara otot kuli dan otot anak gym. Jadi tolong kepada orang-orang yang gemar membanding-bandingkan temannya yang doyan olahraga ke gym dengan komentar, “Kuli di sebelah rumah gua gak pake olahraga badannya juga jadi,” agar mulai menjaga lisannya.

Kalau belum tahu beda antara otot keduanya, mari kita bahas satu-satu di sini:

Otot kuli dan otot anak gym beda harga

Perbedaan pertama jelas ada di harga yang harus dibayar untuk membentuk otot masing-masing. Anak gym harus membayar ratusan ribu hingga jutaan rupiah sebulan untuk berlangganan di tempat gym. Tentu tergantung tempatnya, ada yang murah, ada yang mahal, ada yang menyediakan trainer, ada yang tidak. Intinya mereka harus bayar. 

Selain itu, tak ada jaminan anak gym bakal berotot badannya. Semua tergantung ketekunan. Kalau tidak rajin-rajin ke gym atau cara angkat bebannya berantakan, badan kekar hanya angan-angan. Jatuhnya anak gym bukan membayar buat membentuk badan, tapi sumbangan sukarela ke tempat gym.

Sementara itu, kuli bangunan, kuli angkut, dan kuli-kuli seantero negeri, mendapatkan otot tanpa keluar duit. Justru mereka dibayar. Kalau kita cek data Badan Pusat Statistik (BPS), per 1 Desember 2022, rata-rata gaji kuli bangunan secara nasional per hari adalah Rp94 ribu.

Kalau sebulan mereka kerja 20 hari, otot mereka dibayar seharga hampir dua juta. Harga yang setara untuk langganan membership gym sekian bulan.

Otot kuli buat orang banyak, otot anak gym buat sendiri

Perbedaan kedua ada di fungsi otot. Otot kuli termanifestasikan dalam ungkapan di awal tadi: Bersama kuli membangun negeri. Otot kuli tak egois, ia tak hanya berkisar untuk kepentingan pribadi, tetapi orang banyak, mulai dari keluarga hingga masyarakat sekitar. 

Dari otot kuli sekolah-sekolah bisa dibangun, juga rumah sakit, kantor-kantor pemerintahan, jembatan, bahkan rumah yang kita tempati. Dan uang yang dihasilkan otot kuli bisa untuk makan keluarga hingga bayar sekolah anak. 

Kalau anak gym bilang otot kuli dan mereka tak sebanding, memang benar. Tanpa otot kuli, tak ada tempat gym untuk membentuk badan. Sementara tanpa anak gym, kuli tetap mengaduk semen, tetap mengangkut pasir, tetap kekar.

Otot gym tak banyak berguna untuk sekelilingnya, selain memotivasi orang-orang untuk menjaga badan dan berolahraga. Sisanya ya untuk kepuasan pribadi. 

Otot kebutuhan vs otot gaya hidup

Ketiga, otot kuli muncul karena kerja menyambung hidup. Para kuli tidak mencari otot, tidak berusaha membentuk badan biar bagus, dan tidak menganggap kegiatan angkat-angkat beban mereka sebagai olahraga. Mereka melakukannya karena desakan kebutuhan sehari-hari. Orientasi kuli bukan otot, tapi nafkah. 

Sementara itu, otot anak gym ada karena mereka niat mencarinya. Mereka datang ke tempat gym, merogoh kocek seharga jatah makan setengah bulan di Jakarta, karena dari awal ingin mencari otot yang mereka idam-idamkan—atau kesehatan.

Ketika otot kuli tercipta karena kebutuhan hidup, maka otot anak gym tercipta karena gaya hidup. Keduanya jelas berbeda, dan jelas anak gym merasa tersinggung saat disamakan dengan kuli. 

Bayangkan, sudah keluar uang banyak, merelakan waktu di sela-sela agenda nongkrong di kafe hidden gems, eh begitu badan sudah kekar malah disejajarkan dengan otot kuli. 

Otot anak gym bagus, tapi otot kuli lebih tahan banting

Terakhir, harus diakui otot anak gym banyak yang lebih besar dan lebih bagus dari otot kuli. Biasanya mereka itu yang memang pergi ke tempat gym untuk membentuk otot lebih besar alias muscle building, bukan untuk menambah kekuatan.

Untuk mendapatkan hasil seperti itu, anak gym harus mengikuti serangkaian latihan ketat, lengkap dengan program asupan nutrisi seimbang. Beberapa bahkan mengkonsumsi  suplemen penambah massa otot. Semua demi tubuh kekar seperti Deddy Corbuzier.

Dibandingkan dengan itu, tak ada kuli yang berotot berlebihan. Rata-rata mereka berotot, tapi terlihat lebih ramping ketimbang anak gym. Kira-kira perbandingannya seperti Bruce Lee dengan Arnold Schwarzenegger. 

Namun, ketahanan otot kuli lebih teruji dan kekuatannya tak terbantahkan lebih baik dari rata-rata anak gym. Alias, selain lebih bermanfaat untuk banyak orang, otot kuli juga lebih fungsional—setidaknya mereka lebih mudah menggaruk punggung ketimbang anak gym berotot besar-besar.

Sampai di sini apa kita masih mau menyamakan otot kuli dengan otot anak gym? Lawak.

Rekomendasi