ERA.id - Pernah dengar kisah tentang katak dan kalajengking? Suatu hari kalajengking ingin menyeberang sungai, karena tak bisa berenang ia meminta tolong katak untuk menggendongnya.
Katak awalnya menolak. “Aku takut kamu akan menyengatku di tengah jalan.”
“Tentu saja tidak, kalau kamu mati aku juga akan ikut tenggelam,” bujuk kalajengking.
Mendengar alasan kalajengking yang masuk akal, katak pun menolongnya. Namun, di tengah sungai tiba-tiba kalajengking menyengatnya. Sebelum mati, katak berkata, “Bodoh! Kenapa kamu menyengatku? Sekarang kita berdua akan mati.”
Kalajengking menjawab, “Karena aku kalajengking.”
Kisah ini juga diceritakan dalam film Darling yang dibintangi Alia Bhatt, film tentang seorang istri korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang berkali-kali memaafkan suaminya. Sang istri percaya suaminya akan berubah. Ibunya lalu mengingatkan, “Beberapa laki-laki adalah kalajengking, kamu tak bisa mengubah sifatnya.”
Kekerasan memang bisa menimpa siapa saja, tapi korbannya selalu lebih banyak perempuan. Dalam laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), sejak Januari 2022 ada 18.382 kasus kekerasan yang terdata, dan lebih dari 90% korbannya adalah perempuan.
Pada kasus KDRT, hampir dapat dipastikan sang suamilah yang menjadi kalajengking. Kekerasan yang dialami Lesti Kejora adalah salah satu contohnya. Ia menikahi mantan host Liga Dangdut Indonesia (LIDA) 2021, Rizky Billar pada tahun 2021, melahirkan anak pertamanya di akhir tahun, dan berakhir dengan tulang leher yang bergeser dan harus digips (3/10/2022).
Sebelumnya, pada Rabu malam (28/9/2022), Lesti melaporkan Billar atas dugaan KDRT ke Polres Metro Jakarta Selatan. Ironisnya, pasangan Lesti-Billar mendapat penghargaan Best Couple 2022 pada acara Infotainment Awards, tepat satu hari setelah laporan Lesti masuk ke polisi. Masih di malam yang sama, Dewi Persik mengumumkan pemenang penghargaan Gorgeous Dad: Rizky Billar.
Peran Industri Hiburan dalam Kasus Lesti
Kita hidup di zaman yang disebut Dave Chappele sebagai The Age of Spin. Zaman ketika semua informasi ada dalam jangkauan ujung jari kita. “Bagaimana bisa kamu peduli terhadap sesuatu, saat kamu mengetahui segala sesuatu?!” katanya.
Satu berita kekerasan muncul dan tenggelam dengan berita kekerasan yang lain. Beberapa yang beruntung mendapat sorotan dan perhatian lebih lama. Sisanya hanya berakhir di riwayat pencarian kita.
Zaman ini menuntut segala sesuatu menjadi industri yang bisa dikapitalisasi. Tengok saja, tepat setelah kasus Lesti naik dan ramai, Baim Wong, duta konten kemiskinan, membuat video prank KDRT bersama istrinya, Paula Verhoeven. Beginilah nasib dunia hiburan kita. Itu butuh kegelapan sekitarnya untuk memberikan lampu sorot di satu titik. Ketika orang-orang mulai bosan, mereka akan mencari sorotan yang lain.
Lesti adalah korban dari gemerlap dunia hiburan. Ia menjadi korban tepat setelah menjuarai Dangdut Academy 2014 pada usia 14 tahun, dan kehidupan pribadinya menjadi produk yang bisa diperdagangkan seperti susu kaleng.
Figur publik hari ini memang terkenal sebagai influencer, sosok yang bisa memengaruhi keputusan publik. Namun, influencer sekaligus sosok yang rentan dipengaruhi oleh tuntutan pasar.
Jika merunut ke belakang, hubungan Lesti dan Billar ramai diperbincangkan sejak keduanya terlibat dalam acara LIDA musim 2021. Indosiar memang kerap menyuguhkan acara pencarian bakat, mulai dari dangdut hingga stand up comedy, dengan bumbu gimmick kehidupan peserta atau guyonan juri dan host.
Dalam sejarah layar kaca tanah air, ada dua gimmick yang selalu membuat penonton betah duduk berlama-lama depan tv: kemiskinan dan asmara. Tanpa keduanya, kompetisi dangdut tanah air mungkin sepi penonton.
Keberadaan Lesti dan Billar di panggung yang sama menjadi santapan nikmat untuk menambah rating. Umpan bersambut, jauh-jauh hari sebelum Lesti dan Billar resmi menikah, fans Lesti sudah menggembar-gemborkan paduan nama Leslar (Lesti-Billar). Yang tersisa setelah itu adalah sejarah. Pernikahan mereka berdua disiarkan langsung hampir tujuh jam, mendapat berbagai penghargaan sebagai pasangan selebriti, hingga berujung kepada kasus kekerasan.
Banyak netizen bersimpati kepada Lesti, memberikan dukungan moral lewat komentar di media sosial masing-masing, tetapi kita mungkin lupa, bisa jadi kita juga yang mengantarkannya menuju hubungan beracun itu.
Mengakhiri Hubungan yang Beracun
Pernikahan Lesti dan Billar adalah hubungan yang beracun, dan itu hanya satu dari sekian banyak kasus KDRT yang terjadi di Indonesia. Ketika kita menjalin hubungan dengan kalajengking seperti Billar, satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan meninggalkannya, sama seperti yang dilakukan Lesti.
Di Indonesia, potensi KDRT semakin tinggi ketika kekerasan itu dinormalisasi. Oki Setiana Dewi pernah berceramah tentang seorang istri di Jeddah yang menyembunyikan kekerasan suaminya dari orang tua.
“Jadi gak perlulah cerita-cerita yang sekiranya membuat kita menjelek-jelekkan pasangan sendiri,” komentar Oki. Setelah ramai dikomentari, akhirnya ia meminta maaf atas pernyataannya yang menormalisasi KDRT itu.
Meninggalkan pasangan yang abusif mungkin menjadi hal yang sulit, tapi itu sepadan dengan hasilnya dan mungkin bisa menyelamatkan nyawa kita.
Seorang pendamping perempuan korban penganiayaan, Dr. Perpetua Neo dalam wawancaranya bersama Insider menyampaikan beberapa langkah yang bisa dilakukan korban penganiayaan, mulai dari tidak memberikan kesempatan kedua bagi pasangan, membuat salinan berkas-berkas penting, memastikan punya simpanan uang, melaporkan kekerasan yang dialami, hingga menghubungi saudara dan kerabat terdekat.
Perpetua Neo juga menyampaikan, “Meninggalkan hubungan yang kasar itu mungkin, selama Anda punya batasan yang tegas dan terus mengingatkan diri sendiri: mengapa Anda harus pergi.”
(Agus Ghulam)