Judi Online: Ilusi Kebahagiaan dan Upaya Kita Melepas Jerat Rungkad

| 29 Aug 2023 15:43
Judi Online: Ilusi Kebahagiaan dan Upaya Kita Melepas Jerat Rungkad
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

“Saya nggak pernah nggak punya utang sejak kenal judi… sampai saya sadar, saya udah brengsekin banyak orang,” cerita Hendra, pecandu judi online sejak 2010.

ERA.id - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa Indonesia darurat judi online dalam rilis persnya, Rabu (23/8/2023).

“Kita darurat judi online. Semua pihak dan elemen masyarakat harus bahu membahu memberantas judi online ini,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa generasi muda harus diselamatkan dari praktik haram ini.

Dalam pernyataan lainnya, Minggu (27/8/2023), Budi bilang bakal menemui Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pekan depan untuk membahas upaya memberantas judi online. “Minggu depan, saya akan ketemu dengan Pak Kapolri membahas ini, bagaimana langkah-langkah selanjutnya,” ucapnya.

Menurutnya, tugas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) adalah memblokir semua situs-situs judi online. Sementara langkah-langkah penegakan hukumnya ada di tangan kepolisian.

Sebulan menjabat, katanya, Budi sudah men-takedown sebanyak 42 ribu situs judi online. Sementara itu, sudah ada 846.047 konten judi online yang diblokir sejak 2018 hingga Juli 2023, dengan rata-rata 1.500-2.000 konten diblokir per hari. Namun, berbagai konten serupa masih dapat dengan mudah kita temui hari ini di berbagai platform digital. Mereka tak mati-mati.

“Judi slot ini beranak-pinak luar biasa, cepat sekali,” ujar Budi, Minggu (27/8/2023).

Kominfo mencatat perputaran uang judi online di Indonesia bisa mencapai Rp2,2 triliun per bulan hanya untuk satu situs. Korbannya rata-rata masyarakat miskin. Meskipun tak sedikit juga kalangan menengah ke atas yang terjerat.

Cerita dari para korban, tak melulu ekonomi rendah

Meskipun Kominfo bilang kebanyakan korban judi online adalah masyarakat miskin, tetapi beberapa korban yang kami wawancarai mengaku awalnya ketagihan bermain slot bukan karena faktor ekonomi.

Ayu misalnya, perempuan yang lama menjadi sales ini kondisi finansialnya tergolong stabil sebelum mengenal judi online. Ia lalu diperkenalkan dengan dunia gelap itu oleh teman-teman di lingkungannya pada awal-awal pandemi 2020 lalu.

“Latar belakang ekonomi sih saat itu sangat stabil, jadi faktor ekonomi bukan faktor utama untuk main,” ujarnya kepada ERA, Senin (28/8/2023). “Awalnya dari lingkungan, sebenarnya cuman iseng, tiba-tiba dikasih JP (jackpot) aja.”

Mula-mula, Ayu menaruh deposit di situs judi online hanya sebesar Rp100 ribu. Ia kalah dalam percobaan pertama dan memutuskan berhenti untuk beberapa lama.

Suatu hari, saat janjian dengan temannya, Ayu menunggu lama dan merasa bosan karena temannya tak kunjung datang. Tiba-tiba terlintas pikiran untuk menghabiskan waktu dengan bermain slot.

“Niat washting time aja, main lagi. Modal Rp200 ribu, tiba-tiba menang Rp5 juta,” ujarnya. “Nah dari sinilah saya mikir, modal 200 aja jadi 5 juta, apalagi saya spend uang yang lebih gede lagi…”

Keputusan itu ia sesali seumur hidup. Sejak diberi kemenangan puluhan kali lipat dengan modal irit, Ayu rutin bermain slot di berbagai situs. Berkali-kali ia menang, berkali-kali juga ia kalah.

“Skalanya sih waktu itu masih balance, kalah sama menang itu seimbang,” ceritanya dengan nada sendu. “Tapi di pertengahan 2021, di sini fase 1 saya kalah.”

Tak ada lagi kata menang di kamusnya. Ia bolak-balik menelan kekalahan besar hingga puluhan juta rupiah. Demi ambisi balik modal, ia mencairkan dana lewat pinjaman online (pinjol) hingga kartu kredit. Namun, kemenangan yang dinanti tak kunjung tiba. Ia akhirnya terlilit utang dan gagal bayar.

“Saya coba berhenti kerja demi nggak terjebak slot lagi. Karena base skill saya emang sales dan otomatis selalu pegang uang kan, takut lari ke depo,” tuturnya. 

Ia lalu mengklaim BPJS di kantornya dengan maksud hati membayar utang-utangnya. “Eh ternyata malah kepake lagi untuk main. Ya sudah, tahu kan ending-nya gimana? Habis.”

Setelah menganggur beberapa waktu, ia memutuskan kembali bekerja menjadi sales. Sialnya, godaan untuk bermain slot terus menghantuinya. Hingga akhirnya ia menaruh deposit di situs judi online dengan uang kantor. 

“Saya terancam pidana karena penggelapan dana. Ini mungkin jalan yang dikasih Tuhan buat berhenti,” ujarnya. “Keluarga sudah tahu, cuman saya aja yang bandel, kayak kecanduan gitu, berpikir pendek. Padahal di bidang lain saya ini analis dan bisa menspekulasi arah pasar, tapi tiba-tiba saya jadi manusia bodoh kalau dalam perjudian.” 

Apesnya lagi, Ayu sebetulnya punya simpanan saldo sebesar Rp40 juta di salah satu situs judi online, tetapi sebelum sempat ditarik, akunnya keburu diblokir oleh pengelola situs tersebut.

Lain Ayu, lain Hendra. Jika Ayu bermain slot karena iseng, maka alasan Hendra adalah karena sakit hati. 

“Saya main ini lantaran selalu mikirin cewek yang udah nyakitin saya…” cerita Hendra. “Jadi ngebuangnya ya ke judi agar bisa lupa. Hasilnya, sama cewek lupa, tapi utang di mana-mana.”

Dalam dunia perjudian online, Hendra mengaku sudah senior. Ia memulainya sejak 2010 di warung internet (warnet). 13 tahun berlalu, tak terasa kerugiannya ditotal-total sudah mencapai Rp500 juta rupiah.

“Banda (harta) semua abis, bohong sana-sini,” ceritanya. “Motor digadai, hp digadai, 2018 bangkit lagi, eh main lagi, kalah lagi, utang di mana-mana.”

Pernah suatu hari ia hanya memegang uang Rp3 ribu. Terpaksa ia mengirim pesan sana-sini ke temannya untuk meminjam uang. Pernah juga ia menggembel dan tidur di masjid gara-gara kehabisan uang.

Hingga hari ini, lelaki yang sehari-hari bekerja di bengkel itu mengaku masih kesulitan terbebas dari lingkaran setan judi dan utang. “Tiap megang duit dikit, main lagi, saya heran Bang.”

Satu-satunya yang ia syukuri adalah belum menikah dan tak punya banyak tanggungan. Ia yakin seandainya sudah berkeluarga, pasti keluarganya bakal berantakan akibat hobinya bermain slot.

“Candu judi parah banget… kenapa saya nggak dikasih gila motor aja sih? Biar bisa bagusin motor, beli knalpot, eh ini malah candu judi.”

Judi: Sebuah ekstase kebahagiaan yang semu

Menurut Dr. Tantan Hermansah, sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, perjudian adalah bagian dari peradaban manusia yang ada dari dulu hingga masa mendatang. Selagi manusia terus hidup, judi akan selalu ada, yang berubah hanya mediumnya.

“Pelakunya juga relatif tidak terlalu berubah, semua kalangan ada, dari atas, menengah, bawah,” ujar Tantan kepada ERA, Senin (28/8/2023). “Cuman kadang-kadang kita hanya melihatnya dari kalangan menengah ke bawah saja, padahal pelakunya di setiap strata sosial ada.”

Apa yang menjadikan pemain judi online sulit keluar dari lingkaran setan tersebut? Tantan mengungkapkan alasannya karena ilusi ekstase kebahagiaan yang mereka dapatkan saat bermain judi. Permainan itu menawarkan spekulasi tinggi, hingga akhirnya membuat pemainnya merasa bahagia ketika meraih kemenangan meskipun perbandingannya 1:10 sekali pun.

"Itulah model usaha yang basisnya spekulasi. Mereka selalu dicekoki bahwa ketika mereka tidak menang sekarang, pasti di partai berikutnya menang, begitu terus, padahal akhirnya tidak," ujar Tantan. "Hasrat untuk menemukan kegembiraan itu akan mereka ambil walau apa pun risikonya, termasuk harus ngutang. Jadi ini semacam sebuah ekstase kebahagiaan yang sebetulnya sangat semu, yang akhirnya menjerat dia sendiri."

Maka dari itu, menurutnya, hanya sedikit di antara pemain yang melakukan perjudian untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi mereka, berjudi bukan bagian dari pekerjaan, tetapi semacam pelarian dari berbagai persoalan sosial.

“Tapi karena cara dan tempat melarikan dirinya tidak tepat, maka akhirnya muncul banyak jebakan, salah satunya utang. Jika sudah demikian, biasanya dia harus berutang lagi, lagi, dan lagi, sampai pada titik dia akhirnya tidak bisa apa-apa, yang dimiliki hanya judi itu,” tutup Tantan.

Ekstase kebahagiaan semu itu bukan hanya membuat bangkrut banyak orang, tapi juga merenggut nyawa para korbannya. 4 Juni lalu, seorang pria pekerja Intake Bendungan di Ibu Kota Negara (IKN), Kalimantan Timur, ditemukan tewas gantung diri dalam kamar mandi. Menurut keterangan polisi, korban punya hobi bermain judi slot dan terlilit pinjol.

Sebelumnya, pada pertengahan Mei lalu, bos ekspedisi J&T Cabang Tambora, Jakarta Barat, juga bunuh diri gara-gara terlilit utang usai kalah judi online.

Bukan hanya mengorbankan para pemain, judi online juga kerap mengorbankan orang-orang di sekitar mereka. Terbaru, seorang ibu di Tasikmalaya, Jawa Barat, ditemukan gantung diri pada 13 Agustus kemarin. Ia diduga depresi lantaran anaknya kecanduan judi online.  

“Pokoknya yang namanya penjudi online, pasti dia juga suka minjem online, pasti! Itu pasangan berdua,” ujar Hendra, pecandu judi online sejak 2010 saat kami hubungi. Ia mewanti-wanti kami agar tak terjerumus ke lubang yang sama karena deritanya tiada akhir.

Setengah hati berantas judi

Menkominfo Budi Arie Setiadi mengaku ditugasi secara khusus oleh Presiden Joko Widodo untuk memberantas judi online yang menjamur di Indonesia, termasuk menangani situs-situs milik pemerintah daerah maupun kementerian yang disusupi oleh konten-konten judi online.

Beberapa tahun belakangan, Kominfo giat melakukan berbagai sensor dan pemblokiran terhadap konten-konten dan situs-situs negatif, termasuk perjudian. Namun, nyatanya, menurut pemerhati keamanan digital Yuswardi Ali Suud, upaya pemerintah hanya terkesan seperti "menggarami lautan" alias sia-sia.

Hal ini bukan tanpa alasan. Pada tahun 2018, pemerintah memblokir sebanyak 84.484 konten judi online. Jumlah itu turun menjadi 78.306 pada 2019, lalu naik menjadi 80.305 pada 2020, dan meningkat drastis menjadi 204.917 pada 2021. Artinya, segiat apa pun pemerintah melakukan pemblokiran, konten-konten judi online selalu bangkit lagi. Ibarat kata pepatah, mati satu tumbuh seribu.

Hal ini pun diakui oleh Kominfo. Dalam rilis persnya, Senin (22/8/2022), mereka menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi dalam upaya penanganan judi online antara lain produksi ulang situs judi dengan penamaan domain yang mirip.

Maka dari itu, menurut Yuswardi dalam tulisannya "Menyoal Iklan Judi Online di Platform Medsos", pemberantasan judi online harus dilakukan dari hulu ke hilir, mulai dari penyedia domain dan hosting, penyedia sistem pembayaran, hingga platform digital yang mendistribusikan konten-konten tersebut.

Jika kita membuka Facebook misalnya, kita akan dengan mudah menemukan promosi judi dengan mengetik kata kunci "judi online".

"Dalam aturan iklan Facebook, pemasang iklan game online yang menyimulasikan perjudian kasino, poker, slot, rolet, diizinkan untuk target pengguna di atas 18 tahun," tulis Yuswardi, Sabtu (26/8/2023). "Hal ini tentu bertentangan dengan aturan hukum Indonesia yang melarang judi online untuk semua usia."

Ia menambahkan, dengan ketegasan pemerintah dan tanggung jawab dari pengelola platform, judi online seharusnya dapat diminimalisir kemunculannya di ranah publik meskipun tak mungkin diberantas sepenuhnya. Sebagaimana Google memblokir secara permanen konten porno di Indonesia dengan safe search dan Facebook memblokir konten-konten organisasi teroris sebelumnya.

Pemerintah sendiri mengaku pemutusan akses bukan menjadi solusi satu-satunya pemberantasan judi online, melainkan juga peningkatan literasi digital masyarakat lewat program Gerakan Nasional Literasi Digital.

"Kegiatan tersebut dilakukan bersama para pemangku kepentingan terkait baik dari komunitas masyarakat sipil, pelaku industri, media, akademisi, instansi pemerintahan, dan lembaga terkait lainnya," tulis Kominfo dalam rilis persnya, Senin (22/8/2022).

Namun, jika dibandingkan dengan promosi judi online saban hari, produk dari Gerakan Nasional Literasi Digital yang digagas Kominfo tersebut relatif jarang kita saksikan.

Jika mampir ke akun Twitter resmi Kominfo di @kemkominfo saja, masih jarang kita temukan konten-konten dengan kata kunci “judi online” atau “slot” yang diproduksi. Beberapa bulan terakhir memang beberapa kali Kominfo mencuit soal judi online, tapi isinya hanya berupa rilis pers, berbanding jauh dengan konten promosi judi online yang selalu muncul dalam hitungan menit.

Selain itu, para pengelola judi online juga gencar melakukan promosi dengan berbagai cara dan di berbagai tempat, bukan hanya lewat platform digital, tetapi juga melalui SMS blast ke nomor ponsel masyarakat dengan copy menggiurkan, seperti: pasti langsung jackpot; menang besar; bonus langsung di depan; dibantu maxwin; dijamin gacor; dan lain-lain.

“SMS blast itu modus baru. Jadi mereka nyalain web-nya malam-malam sebelum pertandingan bola,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Samuel Pangerapan dalam konferensi persnya, Kamis (20/7/2023).

Jasa SMS blast khusus situs judi online bisa kita temukan di pencarian Google dengan tarif sekitar Rp350 ribu untuk 5.000 SMS. 

Rumah-rumah judi online juga meminjam mulut-mulut selebritas tanah air untuk mempromosikan judi berkedok game online. Situs Deduktif.id pernah mendata para artis dan influencer yang terlibat, di antaranya: Denny Cagur, Ari Lasso, Boy William, Gilang Dirga, Young Lex, Onadio Leonardo, Dewi Perssik, Dinar Candy, Nikita Mirzani, Amanda Manopo, Sule, Tyas Mirasih, Hana Hanifah, Zaskia Gotik, Vicky Prasetyo, dan Wulan Guritno.

Di antara nama-nama besar tadi, beberapa dilaporkan ke polisi atas dugaan tindak pidana mempromosikan judi online seperti Hana Hanifah. Namun, kebanyakan yang lain lolos dari jerat hukum.

Jika dibandingkan dengan upaya para pengelola rumah judi untuk promosi permainan mereka, maka upaya pemberantasan judi online oleh pemerintah terasa setengah hati. Situs-situs dan konten judi online memang diblokir tiap hari, tetapi konten-konten kontra narasi judi online hanya mengandalkan rilis pers yang digaungkan media massa. 

Dalam kondisi begini, wajar jika publik mempertanyakan kapabilitas para pejabat negara dalam menangani judi online, apalagi ketika proyek-proyek dalam kementerian jadi ajang korupsi seperti proyek pembangunan infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) yang menjerat bekas Menkominfo Johnny G Plate akhir Mei lalu.

Rekomendasi