ERA.id - Hari ini, Rabu 25 November, adalah Hari Guru Nasional. Dalam kepala kita, guru patut untuk dikenang. Mereka mengajari kita soal "Budi dan Ani" serta menggambar pemandangan dua gunung sewaktu masih SD.
Untung mengenangnya, kita wajib tahu, siapa sih pencetus metode belajar membaca "Budi dan Ani" dan pencetus metode belajar menggambar dua gunung yang melegenda itu?
Nah, Era.id punya rangkumannya. Pemandangan gunung kembar legendaris pertama kali dicetuskan oleh Tino Sidin. Ia adalah seorang pelukis dan seniman kenamaan Indonesia dari Tebing Tinggi, Sumatra Utara.
Pada tahun 1980-an, Tino Sidin menjadi pembawa acara Gemar Menggambar di TVRI yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan menggambar anak-anak Indonesia. Acaranya berubah jadi populer. Salah satu metode menggambar yang disiarkan adalah menggambar pemandangan dua gunung dengan sawah di bawahnya.
Pola gambarnya lama-kelamaan menjadi acuan para guru dan anak-anak untuk untuk bahan mengajar dan bahan belajar bagi para anak-anak Indonesia sampai sekarang ini. Hebat ya Tino Sidin?
Yang kedua adalah pencetus metode belajar membaca "Budi dan Ani" ditemukan oleh seorang perempuan yang bernama Siti Rahmani Rauf. Ia lahir pada 5 Juni 1919, di Padang dan meninggal di Jakarta, 10 Mei 2016 pada umur 96 tahun
Nama Budi dan Ani memang sudah umum dipakai sebagai nama orang Indonesia. Nama Budi dan Ani, tidak melekat pada satu adat dan budaya suku tertentu. Budi dan Ani serta Badu, adalah nama yang identik dengan Indonesia. Meski tidak menutup kemungkinan, nama itu diserap dari nama Belanda atau Eropa, seperti Anne, Enny, atau nama-nama yang mirip pelafalannya dengan Ani.
Siti Rahmani Rauf, yang membuat tokoh Budi dan Ani di buku anak SD dulu, pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Tanah Abang 5, Jakarta Pusat. Sebelum itu, Siti Rahmani telah mengajar sebagai guru sejak tahun 1937.
Budi dan Ani ia ciptakan tokohnya dalam buku sekolah yang terbit pada tahun 70-80an, usai ditawarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ketika ia sudah pensiun sebagai Kepala Sekolah SDN Tanah Abang 5, Jakarta Pusat, pada tahun 1976.
Hebatnya Siti Rahmani Rauf, tawaran tersebut ia terima tanpa meminta bayaran, semata-mata karena kecintaannya pada dunia pendidikan. Untuk diketahui, Budi dan Ani bukan semata-mata ingin menunjukkan keidentikan Indonesia, melainkan ada alasan ilmiahnya juga ternyata.
Tokoh Budi dan Ani dinilai sangat cocok dengan metode Struktur Analitik Sintetik (SAS). Metode yang penting dalam pembelajaran sebab memadukan unsur dunia anak-anak dengan materi pembelajaran. Dengan kata lain, anak akan lebih cepat belajar dengan memasukkan unsur-unsur kesehariannya.
Nah, bayangkan wajah pendidikan dan keasyikan mengajar seorang guru, tanpa dua orang yang bernama Siti Rahmani Rauf dan Tino Sidin. Bagi banyak anak 90-an, mungkin sekolah dianggapnya kurang seru. Betul tidak?