Menyelami Hayat Mermaid di Barat Jakarta

| 08 Jul 2023 09:35
Menyelami Hayat Mermaid di Barat Jakarta
Ilustrasi. (ERA/Luthfia Arifah Ziyad)

“Kamu itu berenang-berenang aja, bukannya bantuin Mama. Mau jadi apa gedenya?”

ERA.id - Pia masih ingat pertanyaan itu sering dilontarkan ibunya sewaktu kecil. Dan hingga lulus kuliah pada 2006, ia belum juga menemui jawabannya. Sejak sekolah dasar ia memang lebih sering bermain di sungai dekat rumahnya ketimbang berlama-lama di dapur membantu ibunya memasak atau mencuci piring. 

Saban pulang sekolah, bersama beberapa temannya yang lain, Pia segera berlari menuju Sungai Ciliman dan loncat dari atas jembatan menyambut air yang keruh kecokelatan. Jika terus mengikuti alirannya, sungai itu akan bermuara di laut sekitar Panimbang. “Sungainya itu yang ada buaya gitu, airnya cokelat, suka ngeluap,” kenangnya sambil tertawa. Jika melihat sosoknya sekarang, takkan ada yang percaya kalau ia dulunya bocah kampung di pelosok Pandeglang, Banten.

Sang ibu menutup usia pada tahun 2011, meninggalkan Pia dengan kedua adiknya yang masih sekolah dan sudah ditinggal pergi ayah mereka sedari kecil. Di penghujung hidup ibunya, Pia masih belum juga menemukan jawaban atas pertanyaannya. Ketika jawaban itu tiba di depan matanya, sang ibu sudah keburu pergi.

Pia Avrianie, pelatih mermaid instructor dan pendiri Putri Duyung Indonesia sedang melatih mermaid di Stadion Akuatik GBK, Rabu (5/7/2023). (ERA/Agus Ghulam Ahmad)

Sejak kematian ibunya, Pia otomatis jadi kepala keluarga dan bekerja sana-sini agar kedua adiknya bisa sampai lulus kuliah. Ia juga pindah ke Jakarta dan sempat bekerja sebagai teller bank. Di ibu kota ia mencoba mengambil kursus free diving dan bertemu banyak teman yang hobi bermain di air. Semua itu mengingatkannya dengan masa kecilnya di kampung dulu. 

Suatu hari, Pia melihat lowongan under water talent di internet. Iseng-iseng ia mendaftar dan mengirimkan contoh foto dan videonya saat free diving. Seminggu lewat, ia dapat email lolos audisi dan dipanggil ke Jakarta Aquarium. Karirnya sebagai teller bank langsung disudahi begitu saja. Di situlah titik balik kehidupan Pia dan jalannya sebagai mermaid terbuka. 

“Mama kan selalu tanya, mau jadi apa udah gede? Kalau Mama masih ada sekarang, aku mau bilang, ‘Ma, ini udah gede aku mau jadi mermaid,’.”

Mermaid: kerja profesional yang sering dipandang sebelah mata

Nama lengkapnya Pia Avrianie, mermaid pertama di Indonesia. Kariernya sebagai putri duyung sudah menginjak tahun ketujuh sejak ia memulai debutnya pada 2016 lalu. Ia lalu membangun sekolah mermaidnya sendiri, Putri Duyung Indonesia, dan hingga hari ini Pia satu-satunya mermaid di Indonesia yang punya sertifikasi dari Scuba Schools International (SSI) untuk melatih mermaid instructor.

Kurang lebih ada lima sertifikasi untuk menjadi mermaid profesional, ia bercerita. Pertama, sertifikasi mermaid dasar. Setidaknya ada 20 gerakan yang harus dikuasai untuk mendapat lisensi tersebut. Mermaid juga harus mengantongi sertifikasi free diving dan scuba diving sebagai pondasinya.

Selanjutnya, ada model mermaid yang fokus kepada peragaan untuk pengambilan gambar di bawah air maupun permukaan. Naik ke tahap berikutnya, ada sertifikasi ocean mermaid bagi mereka yang ingin menyelam sebagai mermaid di laut lepas. Setingkat di atasnya lagi, ada sertifikasi untuk menjadi mermaid instructor.

“Banyak orang mikirnya apa sih mermaid, gampang, tinggal pakai kostum,” cerita Pia saat kami temui di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno (GBK), Rabu (5/7/2023). “Padahal ini ya kayak olahraga dan pekerjaan profesional lain.”

Sesi latihan model mermaid di Stadion Akuatik GBK, Rabu (5/7/2023). (ERA/Agus Ghulam)

Kami janjian bertemu sekitar pukul 10.00 WIB di sana. Hari itu ia ada jadwal untuk melatih kursus mermaid hingga tengah hari. Saat kami masuk ke dalam, ada tujuh perempuan yang sudah memakai baju renang dan bikini. Sementara di pinggir kolam tergeletak berbagai kostum mermaid dan fin diving berbentuk ekor ikan. Pia segera menyambut kami dan mempersilakan untuk mendokumentasikan sepanjang kegiatan mereka.

Pia ditemani seorang instruktur lain yang dulu juga ia latih, Amel namanya. Amel melatih gerakan mermaid dasar, sedangkan Pia melatih sesi model mermaid untuk dua orang. Satu per satu mermaid masuk ke dalam kolam loncat indah sedalam 5 meter usai pemanasan. Saya pelan-pelan menuju papan loncat paling rendah dan dari atas sana pemandangan mermaid-mermaid berenang sekilas tampak seperti ikan-ikan bermain di akuarium.

Sesi latihan model mermaid di Stadion Akuatik GBK, Rabu (5/7/2023). (ERA/Agus Ghulam)

Sesi latihan berlangsung sepanjang dua jam. Tepat pukul 12.00 kami diminta untuk keluar dari Stadion Akuatik karena waktu sudah habis. Dari sana kami meluncur ke Hotel Ashley Tanah Abang untuk melihat sesi latihan lain khusus anak-anak. Biasanya, kata Pia, sekolah putri duyungnya hanya mengadakan satu kali sesi latihan dalam sehari. “Ini karena ada program khusus aja jadi dua kali, kerja sama bareng hotel,” ujarnya.

Sehari-hari Pia bekerja di Jakarta Aquarium untuk penampilan mermaid berdurasi 10 menit. Namun, ditambah persiapan dan tetek bengeknya, total waktu kerjanya jadi sekitar satu jam. Selain hari Senin, ia dan timnya rutin tampil saban hari. Saat akhir pekan, jadwal tampilnya malah tiga kali per hari, dari siang hingga menjelang Magrib. Di sela-sela waktu itu, Pia melatih kursus mermaid sesuai permintaan.

“Jadi mermaid sangat menjanjikan, apalagi kalo mermaid kan tidak ada batasan usia, dan penghasilannya bisa dibilang oke,” ungkapnya. Dalam sekali sesi foto sepanjang tiga jam misalnya, ia bisa dibayar hingga puluhan juta rupiah.

Jalan hidup sebagai mermaid

“Aku merasa hidup aku berubah gara-gara mermaid,” ucap Pia. Ia yang berasal dari kampung di Pandeglang dan dulu kesulitan menonton TV tak menyangka bisa sampai di titik ini.

Kedua adiknya sekarang sudah menikah. Adik laki-lakinya menetap di Lampung, kampung halaman sang istri. Sementara adiknya yang bungsu menikahi orang Sukabumi dan ikut pindah ke sana. Pandeglang kini hanya menyisakan kenangan masa sekolah dan hari-hari bersama ibu mereka. 

“Di Pandeglang udah jadi rumah hantu, paling kita pulang cuman pas waktu ziarah aja, udah 13 tahun,” ujarnya dengan senyum tipis. “Dulu komplen sama Tuhan ya, kenapa Mama kok enggak ada? Aku mau jadi apa? Ternyata memang aku merasa terlahir buat jadi mermaid.”

Sesi latihan mermaid anak-anak di Hotel Ashley Tanah Abang, Rabu (5/7/2023). (ERA/Agus Ghulam)

Adik bungsunya sudah punya seorang putri, dan keponakannya itu selalu memanggil Pia sebagai Putri Duyung alih-alih tante. Kelak, Pia berharap keponakannya bisa meneruskan sekolah putri duyung yang ia rintis bertahun-tahun.

"Mermaid kan belum ada cita-cita kalau zaman dulu. Makanya, sekarang cita-citaku pengen denger anak-anak kecil kalau ditanya mau jadi apa gedenya? Mau jadi mermaid,” ucap Pia.

Hari ini sudah banyak anak-anak yang masuk sekolahnya, sebagian lain menjadi penonton setia Pia dan mengiranya putri duyung sungguhan yang terdampar di darat. Menghadapi pertanyaan anak-anak polos itu, Pia hanya berkata bahwa ia akan kembali ke laut saat sudah malam. “Aku enggak mau merusak imajinasi anak-anak,” ujarnya.

Pia mengaku ingin menjadi mermaid hingga tua dan menghabiskan banyak waktunya di air seperti masa kecil dulu. Namun, pekerjaannya itu bukan berarti tanpa konsekuensi sama sekali. 

“Kan kalau aku perform atau photoshoot, pakaian mermaid pakai atasan yang agak terbuka. Kadang-kadang ada orang yang sedikit aneh, melihat mermaid bukan sesuatu yang profesional, ada fans yang aneh gitu,” ucapnya. “Kita sulit menghindari orang-orang seperti itu.”

Salah satu mermaid sedang berpose di kolam renang Hotel Ashley Tanah Abang, Rabu (5/7/2023). (ERA/Agus Ghulam)

Beberapa kali ia berjumpa dengan orang-orang yang membuntutinya dari tempat show hingga apartemen. Suatu hari ia bahkan pernah dipeluk dari belakang oleh pria asing saat sedang berjalan sendirian. Banyak juga pesan-pesan kurang ajar yang bertumpuk di kotak masuk Instagram. Gara-gara itu, ia kerap keluar apartemen dengan pakaian tertutup rapat dan bercadar untuk menghindari orang-orang mesum dan jahat.

Dengan segala risiko yang dihadapi, Pia tetap setia di jalan mermaid. “Mudah-mudahan berharap mermaid ini bukan hanya musiman. Aku ingin mermaid ini menjadi suatu kegiatan ekstrakulikuler layaknya berenang atau olahraga lainnya, jadi aku pengen mermaid ada sepanjang masa,” doanya menutup perjumpaan kami.

Jam menunjuk pukul 5 sore di Hotel Ashley. Mermaid-mermaid sudah berganti baju dan mengeringkan diri kembali ke wujud manusianya dengan iringan lagu dari film The Little Mermaid. Kami berpamitan dengan Pia dan berjanji kapan-kapan akan menonton penampilannya di Jakarta Aquarium. Bau kaporit masih menguar saat kami meninggalkan kolam renang. Kelak, bau itu mungkin yang akan mengingatkan kami untuk menuntaskan janji dengan Pia, semoga saja.

Rekomendasi