Menelaah Cara Kerja Hitung Cepat

| 27 Jun 2018 16:39
Menelaah Cara Kerja Hitung Cepat
Ilustrasi (era.id)
Jakarta, era.id - Pada Pilkada 2018 ini, quick count atau hitung cepat menjadi pusat perhatian masyarakat. Mereka bertugas menghitung hasil perolehan suara dari daerah yang menggelar pilkada. Sejumlah lembaga yang membuat laporan hitung cepat itu di antaranya, Saiful Mujani Research Center (SMRC) Lingkar Survei Indonesia (LSI), dan Polmark.

Jika anda melihat adanya perbedaan pada hasil hitung cepat antar lembaga riset tersebut, jangan curiga. Itu merupakan hal yang wajar. Apa sebab? Karena metode yang digunakan masing-masing lembaga untuk menghitung suara yang terkempul berbeda-beda. 

Faktor yang dapat membedakan hasil survei itu adalah penetapan sampel, margin of error (MOE), dan metode penarikan sampel yang ditentukan dari tiap lembaga. 

SMRC misalnya, metode hitung cepat pada Pilkada di Jawa Timur, lembaga ini menggunakan metode stratified cluster random sampling dengan margin of error plus minus 1 persen dengan tingkat kepercayaan 99 persen. 

Atau LSI, yang berdasarkan situsnya lsi.or.id, menggunakan metode multistage random sampling. Sedangkan untuk jumlah respondennya, LSI mematok jumlah minimal 400 sampel dengan MOE plus minus 5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dan, perlu kamu tahu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjalan sebuah misi hitung cepat. Sederhananya kami paparkan di bawah ini:

1. Menentukan sampel TPS

Sampel TPS yang diambil harus secara acak dan mewakili karakteristik populasi dari tiap-tiap daerah secara menyeluruh tergantung margin of error yang digunakan. Semakin besar jumlah sampel TPS yang diambil maka semakin kecil tingkat kesalahan atau MOE-nya.

2. Merekrut relawan

Setelah menentukan sampel TPS. Lembaga survei kemudian mencari relawan yang akan menarik data dari sampel TPS yang sudah ditentukan. Relawan yang direkrut berdasarkan asal kelurahan di mana sampel TPS berada. Hal tersebut dilakukan karena relawan bisa lebih mengetahui tantangan geografis dan sosial wilayah TPS tersebut.

3. Simulasi hitung cepat

Setelah mesin hitung cepat terbentuk, langkah selanjutnya adalah menguji coba apakah mesin tersebut telah bekerja dengan baik. Dalam metode penelitian sesi pre-test harus dilakukan untuk menguji alat ukur yang sudah ditentukan. Selain itu dalam simulasi ini kelemahan pada mesin quick count juga dapat terdeteksi demi hasil yang lebih valid dan reliabel.

4. Mengirim rekapitulasi ke pusat data

Setelah ketiga proses tersebut selesai dijalankan, maka yang terakhir para relawan yang memantau di setiap TPS akan mengirim data hasil rekapitulasi suara dalam formulir C-1 dengan menggunakan alat telekomunikasi, kalau dulu menggunakan SMS, sekarang dapat menggunakan email ke pusat data.

Selain itu ada beberapa lembaga survei yang menggunakan layanan call center yang berada di tingkat pusat. Penggunaan call center tersebut bertujuan untuk menjemput data di lapangan yang terlambat masuk.  

Nah, lembaga survei yang melakukan hitung cepat ini biasanya akan memberikan laporan pada pukul 17.00 WIB. Tapi, meski hasil ini merepresentasi kenyataan, tapi itu bukan hasil resmi lho, soalnya keputusan yang asli hanya ada di tangan KPU.

Tags : pilkada 2018
Rekomendasi