"Kalau pun ada perbedaan kecil itu bisa terjadi karena alasan teknis seperti exit poll tetap ada responden yang tidak mau menjawab sementara di quick count tidak ada kategori tidak menjawab,” ungkap Direktur Riset SMRC, Deni Irvani dalam pemaparan yang dilakukan di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (3/7).
Deni sadar betul, lembaga survei merupakan salah satu pihak paling disoroti dalam sebuah pesta demokrasi. Nah, itulah yang mendorong SMRC melaksanakan exit poll, sebagai pembanding hasil quick count yang dilakukan oleh SMRC dan sejumlah lembaga survei lain dalam pilkada kemarin. Untuk menjawab keraguan banyak orang lah. Begitu kira-kira pikir mereka.
Lalu, bagaimana sebenarnya cara kerja sebuah lembaga survei? Jika pada artikel Menelaah Cara Kerja Hitung Cepat kita telah membahas bagaimana sebuah lembaga survei melakukan quick count, kini kita akan membahas bagaimana sebuah lembaga survei bekerja.
Koridor utama beroperasinya sebuah lembaga survei adalah independensi. Artinya, dalam setiap penelitian yang dilakukan, sebuah lembaga survei enggak boleh tuh berpihak pada siapapun. Begitu kata Deni kepada reporter kami, Wardhany Tsa Tsia yang menemuinya kemarin.
Lagipula, kata Deni, enggak mungkin main-main dengan hasil penelitian yang sifatnya ilmiah. "Quick count atau exit poll, terutama quick count tidak mungkin main-main, (karena) benchmark-nya ada ... Kalau inpendensi, pasti jelas kita tidak menjadi salah satu, misalnya tidak menguntungkan siapa pun."
Di SMRC misalnya. Objektivitas jadi faktor yang sangat penting untuk dijaga betul. Ada beberapa cara yang dilakukan SMRC untuk menjaga objektivitasnya, termasuk membentuk sejumlah sistem untuk menjaga kualitas penelitian mereka. Dalam quick count misalnya, sejumlah prosedur standar penelitian dilakukan untuk mendapat hasil yang oke.
Dari menentukan sampel, di mana sampel harus diambil secara acak dan mewakili karakteristik setiap populasi di tiap-tiap daerah secara menyeluruh. Kemudian, soal perekrutan relawan, di mana setiap relawan seenggaknya harus memahami kondisi demografi, sosial, hingga tantangan geografis sebuah daerah sebagai kualifikasi.
Ketiga, soal mesin hitung cepat yang wajib diuji coba terlebih dahulu untuk memastikan apakah mesin tersebut dapat bekerja dengan baik atau enggak. Maka, sesi pre-test jadi tahap wajib untuk menguji alat ukur yang sudah ditentukan. Ya, tujuannya tentu saja untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyimpangan validitas dan reliabelitas data.