Agenda pada 19-20 Juli itu dilakukan sebagai rangkaian diplomasi Indonesia ke Eropa setelah pertemuan KTT OGP Summit di Georgia, 15-17 Juli 2018, di mana Moeldoko berperan sebagai pemimpin delegasi saat itu. Dan kopi, jadi ujung tombak diplomasi dalam dua agenda politik tersebut.
Didampingi Deputi III Kepala Staf Kepresidenan, Denni Purbasari; Duta Besar Indonesia untuk Hungaria, Wening Esthyprobo Fatandari; hingga Atase Pertahanan RI untuk Serbia, Kolonel Noel Tangjong, Moeldoko menemui Wakil Wali Kota Kecskemet, Gaal Jozsef.
Dalam pertemuan dengan Gaal, mantan Panglima TNI itu bercerita bagaimana kopi telah menjadi komoditas penting di Indonesia. Memang, soal kopi, Indonesia enggak kalah dengan negara-negara lain --seperti Brasil, Vietnam, Kolombia-- yang lebih dulu dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar di dnia.
Bayangkan, dengan puluhan ribu pulau yang terbentang di seluruh Nusantara, Indonesia memiliki ratusan jenis kopi dengan cita rasa yang berbeda-beda sesuai dengan karakter tanah. “Indonesia kaya dengan sumber daya alam. Salah satunya adalah kopi. Yang saya bawa ini adalah kopi dari Toraja, Papua, dan Jawa Barat," kata Moeldoko.
Kunjungan Moeldoko ke Budapest (Sumber: ksp.go.id)
Oleh-oleh
Enggak cuma cerita pastinya. Dalam kesempatan itu, Moeldoko juga memberikan oleh-oleh berupa kopi lokal buat Gaal. Kopi yang dibawa Moeldoko juga bukan sembarang kopi, kawan. Buat Gaal, Moeldoko membawakan sebuah merek kopi yang jadi salah satu andalan bangsa, Akademi Kopi.
Saya serius soal sebutan "bukan sembarang kopi" untuk menggambarkan produk kopi yang dibawa Moeldoko itu. Akademi Kopi dikelola oleh anak-anak muda yang berkonsentrasi penuh mengeksplorasi dan mengembangkan komoditas kopi di Indonesia.
Enggak sekadar eksplorasi. Akademi Kopi juga mengajarkan para petani untuk mengolah kopi dengan baik dan benar agar produk kopi yang dihasilkan dapat mencapai kualitas internasional.
Selain memberdayakan para petani lokal sebagai pemegang sumber daya di sektor hulu, Akademi Kopi juga membangun komunitas dalam sektor pengelola industri di sektor hilir dengan mendidik orang-orang --yang berminat mendalami dunia kopi-- untuk mengetahui seluk-beluk kopi, mulai dari green coffee, sensory skills, roasting, brewing hingga barista skills.
Akademi ini dibagi menjadi 3 kelas: dasar, intermediate, dan prefesional. Masing-masing topik disusun dalam bentuk modul, dengan poin. Setelah mencapai poin tertentu, orang mendapatkan sertifikat diploma.
Segala langkah yang dilakukan Moeldoko rasanya beralasan. Dan keputusan membawa produk Akademi Kopi jadi masuk akal. Sebab, dengan berbagai hal yang dilakukan Akademi Kopi, oleh-oleh kopi Moeldoko buat Gaal jadi gambaran bagaimana Indonesia mulai membangun industri kopinya.
Industri kopi di Indonesia memang terus menggeliat belakangan ini. Berbagai kedai kopi tumbuh sangat pesat di kota-kota di Indonesia dan membentuk ekosistem baru dalam bisnis perkopian di Indonesia.
Langkah Moeldoko juga tampak selaras dengan apa yang telah dilakukan Presiden Jokowi yang juga terus mengampanyekan kopi Indonesia, baik kepada tamu-tamu negara yang datang ke Indonesia maupun saat melakukan kunjungan ke luar negeri.
“Jika ada waktu, datanglah ke negeri kami. Nikmati kopi Indonesia langsung dari tempat asalnya,” tutur Moeldoko mengundang Gaal mengunjungi Indonesia.