Lucunya Sanusi, Malah Bantah Sel Mewah Sukamiskin

| 25 Jul 2018 18:10
Lucunya Sanusi, Malah Bantah Sel Mewah Sukamiskin
Lapas Sukamiskin rasa hotel (Dok: era.id)
Jakarta, era.id - Hukum di negeri ini mendapat tamparan keras lagi setelah terbongkarnya sel mewah di LP Sukamiskin. Bukti sudah ada di depan mata, toh masih saja ada yang bilang sel Sukamiskin tidaklah mewah.

Perkenalkan, bekas Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Gerindra, Mohamad Sanusi adalah sosok yang berani punya penilaian seperti itu. Kata Sanusi, mewah itu relatif. Jangan disama ratakan dong.

"Kalau ada orang bilang mewah itu 'kan asumsi orang, mewah kalau dulu pakai kloset duduk tahun 1945 itu baru mewah, kalau sekarang tidak mewah. Bayangkan itu material sudah 100 tahun yang lalu kalau kita tidak plester ulang debunya jatuh ke muka. Terus kalau kita tidur, kepala kita di WC," kata Sanusi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Rabu (25/7/2018).

"Perbedaannya kalau Anda cari kosan, pasti carinya kamar tidur yang ada kamar mandinya. Kalau kami ini tidak, WC yang ada tempat tidurnya. Jadi tidak bisa dibilang mewah. Kita cari WC yang ada kasurnya, karena semua dijadiin satu sama WC," lanjut Sanusi.

Menurut Sanusi, narapidana yang tergolong mampu di lapas Sukamiskin hanya sekitar 5 persen dari penghuni lapas. Justru lebih banyak yang usianya sudah uzur dan tidak mampu.

"Di sana itu orang hukumannya panjang kemudian yang usianya sudah tua banyak sekali 75 tahun ke atas, jangan dilihat yang punya uang, yang tidak punya uang itu banyak sekali, mungkin yang punya (uang) cuma 5 persen ke bawah lah," tambah Sanusi.

Sanusi bahkan membantah ada fasilitas tambahan seperti pendingin udara (AC) dan televisi di kamar selnya. "Saya kurang suka yang dingin karena lahir di Priok, lama di Priok jadi saya 'enggak demen'. Di Bandung sudah dingin, terakhir 16 derajat saya saja tidur pakai kaus kaki, jadi tidak perlu pakai AC. Saya memang pernah ditawari (fasilitas) tapi buat apa? Misalnya TV, di depan kamar saya ada koridor, ada TV-nya TV besar lagi ramai-ramai nonton bola," jelas Sanusi.

Tawaran lain yang pernah datang ke Sanusi misalnya mengambil sel yang sudah pernah direnovasi oleh narapidana sebelumnya.

"Misalnya kamar Rio Capella, jadi Rio Capella merenovasi kamarnya, saat dia keluar, kan wajar ada orang yang menempati kamarnya dia ganti (uang). Itu saja, jadi tidak ada transaksi sama lapas," ungkap Sanusi.

Sanusi kecewa dengan pembongkaran saung-saung di lapas Sukamiskin yang dilakukan oleh Ditjen Pemasyarakatan (PAS) Kementerian Hukum dan HAM. Mau tahu alasan kekecewaannya?

"Di sana ada bekas ketua dewan ketua partai, jasanya banyak jangan disepelekan, tidak pernah dilihat ini negara sepertinya tidak berucap terima kasih," katanya.

"Jadi seolah-olah jadi sampah ya Coba aja diliat ada gak ruang kunjungan di Sukamiskin. Enggak ada! Cuma itu satu satunya yang buat kunjungan keluarga, sekarang hancur kita mau enggak mau ya berebutan di emperan yang tidak kena panas," tegas Sanusi.

Sanusi ada di Pengadilan untuk mengajukan Permohonan Kembali (PK) terhadap vonis 10 tahun. Gelombang pengajuan PK memang datang dari para napi koruptor setelah hakim agung yang terkenal begitu sadis, Artidjo Alkostar, sudah pensiun.

 

Rekomendasi