"Hingga pukul 07.39 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 31 gempa bumi susulan (aftershock) yang paling kuat M=5,7. Kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," ucap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangan tertulis, Minggu (29/7/2018).
Gempa terjadi tepat di koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kedalaman pusat gempa 24 km.
Diketahui, gempa bumi yang terjadi di NTB dan sekitarnya merupakan jenis gempa bumi dangkal yang diakibatkan dari aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis BMKG sumber menunjukkan gempa dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Hingga pukul 09.45 WIB tercatat dampak gempa menyebabkan 10 orang meninggal dunia dalam peristiwa ini, 1 orang di antaranya WNA, 40 orang luka dan puluhan rumah rusak. Diperkirakan dampak gempa akan bertambah mengingat pendataan masih berlangsung dan belum semua lokasi terdata.
"Di Kabupaten Lombok Timur terdapat 8 orang meninggal dunia, 10 orang luka berat, 10 orang luka ringan dan puluhan rumah rusak. Dari 8 korban meninggal terdapat satu orang warga negara Malaysia," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo dalam keterangan tertulis.
WN Malaysia tersebut bernama Isma Wida (30). Selain itu masih ada korban jiwa yang belum terdata identitasnya.
Berdasarkan laporan juga terdapat longsor cukup besar dari Gunung Rinjani. Material longsoran mengarah ke utara pascagempa 6,4 SR. Saat ini jalur pendakian ke Gunung Rinjani ditutup. Aparat masih melakukan pemantauan terhadap dampak longsor yang ada.
BMKG imbau masyarakat tetap waspada
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap ancaman gempa susulan meskipun dengan intensitas dan magnitude yang kecil.
"Hingga saat ini (pukul 11.00) telah terjadi 85 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik," ungkap Dwikorita dalam keterangan pers yang diterima era.id.
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita hoax yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
"Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui akun Twitter @InfoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa," tuturnya.
Selain di Lombok, gempa itu juga dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja, Gianyar dan beberapa wilayah di Bali.