ERA.id - Tim kuasa hukum keluarga Sambo, Febry Diansyah mengatakan bahwa kliennya yaitu Ferdy Sambo tak pernah berniat mendatangi rumah dinas di Duren Tiga, Jakarta Selatan untuk menghabisi nyawa anak buahnya Brigadir Yosua Hutabarat alias Brigadi J.
Febri menjelaskan setelah Ferdy Sambo mendengar laporan dari istrinya Putri Candrawathi terkait kejadian di rumah Magelang, Jawa Tengah pada Juli lalu, kliennya itu menjadi sangat emosional.
Setelah itu, Ferdy Sambo memanggil dua anak buahnya yaitu Bharada Richard Eliezer atau Bharada E dan Brika Ricky Rizal secara terpisah di lantai 3 rumah Saguling.
"Pada saat itu ibu Putri sudah masuk ke dalam kamar. RR dan RE melihat FS dalam kondisi yang sangat emosional dan bahkan menangis pada saat itu," kata Febri dalam konferensi pers di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (12/10/2022).
Febri mengatakan meskipun dalam keadaan emosional setelah mendengar laporan Putri atas peristiwa di Magelang, kliennya itu justru bersiap pergi ke lokasi bermain badminton.
"Jadi, awalnya rencana FS dari rumah Saguling adalah pergi main badminton," kata Febri.
Dalam perjalanan hendak ke lokasi bermain badminton, Ferdy Sambo sempat melewati rumah dinas di Duren Tiga. Saat itu, Putri sudah lebih dulu berada di sana untuk melakukan isolasi mandiri setelah bepergian ke Magelang.
Namun, setelah beberapa meter melewati rumah dinas Duren Tiga, Ferdy Sambo justru meminta sopirnya untuk mundur lagi dan berhenti di rumah dinasnya itu.
"Jadi pada saat itu, niat FS dari rumah di Saguling adalah pergi badminton namun ketika FS melihat lewat di depan rumah Duren Tiga, sampai lewat beberapa meter jaraknya, ia kemudian memerintahkan supir untuk berhenti, meskipun tidak ada rencana pada saat itu ke rumah Duren Tiga," papar Febri.
Di rumah dinas Duren Tiga itu, kata Febri, kliennya memanggil Yosua untuk dimintai klarifikasi atas kejadian di Magelang. Setelah itu, Ferdy Sambo sempat menyampaikan pesan kepada Richard yang berbunyi 'Hajar Chad'.
Namun, Namun, entah kenapa perintah itu justru seolah diartikan Richard untuk menembak Yosua. Adapun penembakan terjadi di rumah dinas Duren Tiga.
"ada perintah FS pada saat itu yang dari berkas yang kami dapatkan, itu perintahnya adalah "Hajar, Chad". Namun yang terjadi adalah penembakan pada saat itu," kata Febri.
Melihat kejadian tersebut, menurut Febri, Ferdy Sambo pun panik. Saat itu, kliennya sempat memerintahkan anak buahnya untuk memanggil ambulan.
"FS kemudian panik dan memerintahan ADC . Jadi sempat memerintahkan ADC untuk memanggil ambulan," kata Febri.
Setelah itu, Ferdy Sambo langsung menghampiri istrinya Putri Candrawathi yang sedang berada di kamar rumah dinas Duren Tiga. Keberadaan Putri di rumah tersebut untuk isolasi setelah dari Magelang.
Febri mengatakan, Ferdy Sambo sempat memeluk dan menutup wajah Putri saat berjalan keluar dari kamar. Hal itu bertujuan agar Putri tidak melihat kejadian penembakan yang dilakukan Ricahard.
"Kemudian FS menjemput ibu Putri dari kamar dengan mendekap wajah ibu Putri agar tidak melihat peristiwa," kata Febri.
Lebih lanjut Febri mengatakan, rangkaian peristiwa yang dipaparkan ini nantinya masih perlu dibuktikan dalam persidangan.
"Ini fase pertama rangkaian peristiwa. Setiap peristiwa ini tentu saja harus diuji dalam proses persidangan," pungkasnya.