4 Fakta Jelang Hari Kemerdekaan Indonesia

| 17 Aug 2018 08:29
4 Fakta Jelang Hari Kemerdekaan Indonesia
Ilustrasi Soekarno (Wildan/era.id)
Jakarta, era.id - Hari kemerdekaan Republik Indonesia jatuh pada 17 Agustus. Setiap tahun kita merayakan dengan suka cita kemerdekaan sebuah bangsa yang berdaulat. Tapi, selama 73 tahun merdeka, kebanyakan dari kita tidak menyadari fakta-fakta unik yang terjadi sebelum hari proklamsi ini. Kira-kira apa saja ya? 

Soekarno sakit jelang pembacaan teks proklamasi

Jelang pembacaan teks proklamasi Kemerdekaan RI, Soekarno ternyata masih terlelap dalam kamar di rumahnya yang berada di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta Pusat. Bukan, bukan karena mager (males gerak) tapi Bung Karno sedang menderita malaria tertiana. 

Setelah begadang bersama sahabatnya untuk menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda yang merupakan seorang militer Jepang yang ikut membantu terbentuknya NKRI, Soekarno demam. Seorang dokter bernama dr. Soeharto pun didatangkan untuk merawatnya. 

Dokter itu kemudian menyuntikkan chinine-urethan intramusculair dan meminta Bung Karno meminum obat broom chinine. Setelah diberikan suntikan dan obat, orator ulung itu kemudian kembali tertidur hingga pukul 09.00 WIB dan kemudian membacakan teks proklamasi pada pukul 10.00 WIB.

Upacara proklamasi kemerdekaan RI sangat sederhana

Tak ada protokoler yang ribet kala teks proklamasi dibacakan dalam upacara hari kemerdekaan yang dilangsungkan di rumah Bung Karno. Tak ada tim paskribra dengan beragam formasi yang menarik untuk dilihat, tak ada musik dan konduktor, dan tak ada juga tiang bendera yang kokoh. 

Hanya ada tiang bendera dari bambu kasar yang ditancapkan beberapa menit sebelum upacara. Namun, meskipun semua terasa sederhana, tetap saja khidmat ketika upacara dan pembacaan teks proklamasi dibacakan Bung Karno.

Wartawan temukan naskah asli teks proklamasi di Indonesia

Ternyata, teks asli proklamasi yang ditulis Bung Karno sempat dibuang oleh tukang ketik naskah itu, Sayuti Melik. Tapi tenang, naskah itu berhasil diselamatkan oleh wartawan senior Buhanuddin Mohammad Diah atau BM Diah.

Ceritanya, Sayuti saat itu membuang naskah teks yang ditulis langsung oleh Bung Karno karena ia berpikir yang akan dibacakan saat upacara adalah naskah hasil ketikannya. Tapi, beruntung BM Diah memungut teks tersebut dan mengantonginya di saku celana. 

Wartawan ini kemudian menyimpan naskah asli tulisan Bung Karno selama 46 tahun dan menyerahkannya kepada Presiden Soeharto.

Fatmawati menangis saat jahit bendera pusaka

Fatmawati, yang merupakan istri Bung Karno, menjahit bendera pusaka yang akan dikibarkan dalam upacara kemerdekaan Indonesia. Kain yang dibuat untuk menjahit bendera merah putih tersebut diberikan oleh seorang perwira Jepang. 

Saat menjahit, tangisnya pun pecah karena tak percaya kalau akhirnya Indonesia merdeka dan punya bendera serta kedaulatannya sendiri setelah beratus tahun dijajah Belanda dan Jepang.

Baca Juga : Ketika Soekarno Sahur Nasi Goreng Jelang Proklamasi

 

Rekomendasi