Bukan, kami bukan menyebut karnaval tersebut sebagai aksi yang sama. Kami tahu betul, kegiatan yang digelar di sepanjang jalur protokol Kota Probolinggo --mulai dari Jalan Panglima Sudirman hingga Alun-alun Kota Probolinggo-- itu merupakan aksi hepi-hepi yang menandai peringatan HUT ke-73 Republik Indonesia.
Apalagi mendengar penjelasan Hartatik, Kepala Sekolah TK Kartika V 69 yang menyebut konsep yang mereka usung sejatinya adalah cara untuk merefleksikan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan tema yang mereka angkat: Perjuangan Bersama Rosulullah untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa. Bisa apa kami selain berpikir positif bahwa sekolah ini betul-betul enggak bermaksud menyisipkan muatan radikal dalam pawai itu.
Lagipula, Hartatik sudah mengakui kesalahannya dan menyatakan pihaknya cuma memanfaatkan stok seragam hitam-hitam plus cadar di dalam gudang sekolah. Biar enggak perlu repot dan mengeluarkan biaya untuk pengadaan seragam baru, gitu. "Untuk menghemat beban biaya wali muridnya ... Bukan menunjukkan hal yang berbau teroris yang dimaksud warganet, saya minta maaf kalau memang saya salah," ujar Hartatik sebagaimana ditulis Antara.
Tapi, seperti sudah kami singgung di atas, bahwa radikalisme dan aksi terorisme kini betul-betul sudah menyeret anak-anak enggak berdosa ke dalam pusaran kesesatannya. Maka, andai pawai anak-anak TK bercadar dan berjubah hitam ini adalah sebuah kesalahan, maka ini adalah salah satu kesalahan paling ceroboh sekaligus paling destruktif dalam dunia pendidikan.
Komisi Pemilihan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti peristiwa ini. Bagi KPAI, sederhana saja: segala alasan yang dituturkan pihak sekolah enggak bisa dijadikan pembenaran. Lagipula, sejak awal, konsep yang diusung pihak sekolah sudah enggak tepat. Bagi KPAI, peringatan HUT RI harusnya memuat nilai-nilai khasanah budaya Indonesia.
"KPAI menyayangkan alasan pihak Sekolah mengangkat tema “bersama perjuangan Rasullullah, kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT” sebagai pembenaran pemakaian atribut yang biasa dilekatkan kepada kelompok ISIS padahal kegiatan yang sedang diselenggarakan adalah Pawai Budaya dalam Rangka HUT RI ke-73," ungkap Ketua KPAI, Susanto dalam rilisnya.
Lebih lanjut, Susanto meminta otoritas terkait mendalami kejadian ini. Maksudnya, betul memang pihak sekolah sudah memaparkan alasan-alasannya, tapi buat KPAI, tetap saja banyak hal yang terdengar masih amat janggal. Soal stok seragam jubah hitam dan cadar misalnya. "Kok bisa sekolah menyediakan seragam cadar dalam jumlah banyak?" singgung Susanto.
Atau alasan spontanitas yang dikatakan pihak sekolah. Menurut Susanto, pawai tersebut enggak mungkin dilakukan tanpa persiapan. "Kegiatan seperti ini tak bisa dibenarkan dengan alasan inisiatif yang spontan namun sesungguhnya membutuhkan persiapan yang matang sehingga dilakukan dengan sadar dan penuh tanggung jawab," kata Susanto.
-
Film04 Nov 2020 11:00
Film "My Flag" Jadi Kontroversi, Muncul "Cadar" untuk Melawan
-
Podcast04 Nov 2019 15:50
Biar Enggak Dibilang Radikal, Wanita Bercadar Harus 'Kriuk'