Ketika Perempuan Jadi Penyiar Berita di TV Arab Saudi

| 24 Sep 2018 07:52
Ketika Perempuan Jadi Penyiar Berita di TV Arab Saudi
Weam Al Dakhee dan rekannya Omar Al-Nashwan (Capture Saudi TV)
Riyadh, era.id - Kerajaan Arab Saudi terus melakukan berbagai revolusi kebijakan, setelah sebelumnya mengizinkan perempuan untuk mengemudikan mobil, menonton pertandingan olahraga, kini perempuan Saudi diberi kesempatan untuk tampil dalam acara berita malam di stasiun TV pemerintah sebagai penyiar.

Jurnalis perempuan Weam Al Dakheel menjadi pembawa acara di stasiun TV Al Suadiya dalam acara berita pukul 21.30, Kamis (20/9).  Al Dakheel tampil bersama seorang jurnalis pria bernama Omar Al-Nashwan. 

Al Saudiya merupakan stasiun TV milik pemerintah dan berada di bawah Kementerian Budaya dan Informasi. 

Al Dakheel sejatinya bukan perempuan pertama yang tampil di TV. Namun, penampilannya di acara berita malam menjadi sejarah karena sebelumnya perempuan hanya diberi jatah untuk tampil di acara yang lebih ringan seperti berita pagi, acara memasak, dan perkiraan cuaca.

"Jumanah Al Shami adalah perempuan pertama yang tampil di acara berita pagi pada tahun 2016. Sejarah kembali tertulis setelah #WeamAlDakheel menjadi presenter perempuan pertama di acara berita malam, dan mencatat momen bersejarah untuk pertama kalinya bagi Saudi TV," tulis Saudi TV melalui akun twitternya, Minggu (23/9).

 

Kehadiran Al Dakheel tersebut menerima banyak apresiasi positif dari warganet. Pengguna Twitter memuji kinerjanya dan menyebut kehadirannya menandai tonggak sejarah di kerajaan Saudi.

Dilansir Daily Mail, Al Dakheel memulai karirnya sebagai seorang reporter di CNBC Arabia dan pernah menjadi pembawa acara pada stasiun televisi berita berbasis di Bahrain, Al-Arab News Channel. Al Dakheel lulus kuliah jurnalistik dari Lebanese American University pada tahun 2011 dan mampu berbicara dalam bahasa Inggris, Arab, dan Perancis. 

Biar kalian tahu, Putra Mahkota Mohammed bin Salman sedang berupaya meningkatkan jumlah perempuan mencapai porsi sepertiga dari keseluruhan jumlah angkatan kerja hingga satu dekade ke depan, atau naik 22 persen dibanding saat ini.

Di mana sebelumnya, kerajaan Arab konservatif dinobatkan sebagai yang terburuk kedua bagi perempuan setelah Afghanistan terkait peluang ekonomi dan kebijakan diskriminatif.

 

Rekomendasi