Pemetaan Bencana Badan Geologi Kementerian ESDM

| 03 Oct 2018 14:04
Pemetaan Bencana Badan Geologi Kementerian ESDM
Gempa di Palu (Sumber: Istimewa)
Jakarta, era.id - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memetakan potensi bencana alam di seluruh wilayah Nusantara. Siang tadi, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Rudy Suhendar memaparkan hasil pemetaan yang sejauh ini telah dilakukan oleh pihaknya. Hasilnya, sebagian besar wilayah Indonesia dinyatakan berpotensi mengalami bencana.

Rudy, secara spesifik menjelaskan terkait gempa. Katanya, hampir seluruh gugusan pulau di wilayah Indonesia berpotensi alami gempa lantaran bersinggungan dengan jalur sesar yang memang membentang sangat panjang.

"Dari mulai Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku hingga Papua memiliki potensi kebencanaan. Umumnya gempa karena berada pada jalur sesar yang panjang," kata Rudy di Jakarta, Rabu (3/10/2018).

Tapi, jangan dulu khawatir berlebihan. Rudy bilang, meski hampir sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi alami gempa, tapi tingkatan potensi gempanya berbeda-beda, tergantung kondisi geologi masing-masing. Untuk amannya, Rudy mengimbau masyarakat mengecek jalur-jalur sesar yang berhasil dipetakan oleh pihaknya.

Pemetaan itu, kata Rudy bisa dilihat di sini: Laman Geologi Kementerian ESDM. "Wilayah mana saja, petanya bisa dilihat di laman geologi Kementerian ESDM," imbau Rudy.

Kata Rudy, hal ini jadi penting agar masyarakat bisa ikut serta dalam langkah-langkah mitigasi bencana, terutama gempa. "Kalau sudah tahu maka mitigasi bencana perlu dilakukan, misalnya tidak membangun rumah dengan bahan yang berat-berat," katanya.

 

 

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mendeteksi tsunami Palu-Donggala tanpa teknologi . ??? ? BMKG akui ada salah perhitungan dalam sistem pendeteksi dini tsunami di wilayah Palu-Donggala. Salah perhitungan yang dimaksud BMKG adalah perhitungan ketinggian tsunami. Hal ini jadi masuk akal, sebab menurut BMKG, sejak 2012 Indonesia enggak memiliki alat pendeteksi tsunami yang biasa disebut dengan Tsunami Buoy. Celaka betul, padahal fungsi Buoy dalam sistem pendeteksi dini tsunami sangat penting. ??? ? Dalam sistem pendeteksi tsunami, Buoy berfungsi sebagai pengukur ketinggian permukaan air sekaligus pengirim data ke BMKG. Data Buoy itulah yang biasanya dijadikan rujukan BMKG dalam menentukan langkah deteksi dini tsunami. Kini, semua jadi masuk akal, kenapa deteksi dini tsunami di Palu-Donggala seakan bermasalah. ??? ? Berikut cara kerja dua instrumen penting dalam sistem deteksi tsunami: ??? ? 1. OBU ??? ? Diletakkan di dasar laut, berfungsi mendeteksi tekanan air dasar laut. Saat gelombang tsunami lewat, OBU akan mengirim data ke Buoy yang berada di permukaan air. ??? ? 2. Buoy ??? ? Mendeteksi ketinggian permukaan air dan mengirim seluruh temuan data laut ke satelit. Dari satelit, seluruh data itu dikirim ke pusat kontrol BMKG sebagai rujukan penentuan langkah antisipasi tsunami. ??? ? Untuk narasi lengkap soal lemahnya sistem deteksi dini tsunami di negeri ini, sikat langsung link di bio! ?? ? ? #tsunami #earthquake #prayforpalu #prayforsulteng #prayforpaluanddonggala #bnpb #gempa #gempabumi

A post shared by era.id (@eradotid) on

Belum mantap

Meski telah berhasil memetakan wilayah-wilayah rawan gempa, Kementerian ESDM mengaku belum bisa memprediksi perkiraan kapan gempa akan terjadi dan kebesaran magnitudonya. "Hingga saat ini, yang dapat diprediksi adalah potensi maksimum magnituda dan dampak intensitasnya," ungkap Rudy.

Rudy menjelaskan, sumber gempa bumi di Indonesia rata-rata berasal dari zona subduksi dan sesar aktif yang terletak di daratan. Zona subduksi itu membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, di selatan Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dan kemudian membelok di Kepulauan Maluku yang membentuk palung laut.

Nah, zona subduksi itu, kata Rudy adalah salah satu sumber yang membangkitkan tsunami. Terkait pemetaan sesar aktif daratan itu, Rudy memaparkan, di wilayah tersebut ada Sesar Besar yang membentang dari Sumatera dan memanjang dari utara sampai selatan Pulau Sumatera. Di Pulau Jawa, terdapat Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Baribis, serta Sesar Opak.

"Selain itu terdapat Sesar Belakang Busur Flores di utara Kepulauan Nusa Tenggara, Sesar Palu-Koro di Sulawesi Tengah, Sesar Tairura-Aiduna, Sesar Sorong dan lain lain," tutur Rudy.

Lebih lanjut, Rudi mengatakan, meski belum bisa diramalkan waktu dan besaran magnitudonya, ilmu pengetahuan memungkinkan Kementerian ESDM untuk mendelineasi sumber gempa bumi, mengestimasi periode ulang gempa bumi, hingga menentukan parameter tiap-tiap sumber gempa dan menghitung potensi dampak maksimal dari gempa bumi.

Selain gempa bumi, Kementerian ESDM juga terus memetakan potensi bencana tsunami di wilayah Indonesia. Caranya sejauh ini adalah dengan memetakan daerah yang pernah dihantam tsunami. Nantinya, hasil pemetaan itu akan dituangkan dalam peta rawan gempa bumi dan tsunami.

Mitigasi memang jadi poin utama dari segala bencana. Mau bagaimana lagi, enggak ada yang bisa menghalau gejolak alam. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan diri demi mengurangi dampak dari bencana tersebut.

"Di manapun, wilayahnya harus melakukan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami. Penataan ruang hendaknya berbasis kebencanaan termasuk semua infrastruktur bangunan harus mempertimbangkan aspek kegempaan. Ini salah satu upaya mitigasi pengurangan risiko bencana geologi," katanya.

Rekomendasi