Bahkan, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak bilang, pertemuan tersebut memprihatinkan dan memalukan karena menggunakan anggaran yang cukup banyak. Anggaran ini terlalu besar ketimbang anggaran yang dikeluarkan negara lain untuk acara yang sama.
Benarkah? Mari kita cek dengan data. Pelaksanaan Annual Meetings IMF-World Bank ini menggunakan anggaran Rp855,5 miliar yang dibagi dua tahun. Tahun 2017 dialokasikan dana sebesar Rp45.415.890.000, sedangkan di tahun 2018 sebesar Rp810.174.102.550.
Anggaran tersebut tidak seluruhnya menggunakan APBN. Anggaran sebesar Rp137 miliar berasal dari urunan sejumlah Bank di Indonesia, serta Rp 672,59 miliar, dari saku Kementerian Keuangan (APBN). Total anggaran yang sudah direalisasikan, sejak Januari-Agustus 2018, sekitar Rp566,9 miliar dari pagu yang tersedia. Anggaran yang dikucurkan tersebut digunakan untuk sejumlah kontrak pengerjaan dalam rangka persiapan sebelum acara dimulai.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Mirah M. Fahmid mengatakan, memang saat ini ekonomi dari negara-negara berkembang sedang teruncang. Tapi, guncangan ini bukan terjadi karena faktor internal, tapi dari faktor luar, seperti imbas dari dari perang dagang Amerika-China, dan perdagangan minyak.
"Memang benar bahwa sekarang perekonomian kita sekarang sedang melemah itu tergambarkan dari mata uang kita sekarang. Tapi bukan cuma kita sendiri," kata Mirah kepada era.id hari ini (8/10).
Dia tak menutup mata masyarakat khawatir acara Annual Meetings IMF-World Bank menghabiskan banyak uang negara. Apalagi, sekarang ekonomi Indonesia sedang lesu, dan banyak pengeluaran.
Namun, menurut Mirah, acara tersebut tidak perlu melulu disikapi negatif. Sebab, menurut Mirah, ada potensi keuntungan yang cukup besar dari penyelenggaraan acara tersebut. Salah satu keuntungan yang bisa didapat adalah Indonesia bisa memperbesar kesempatan perdagangan luar negeri. Bahkan, untuk manfaat jangka panjang, Indonesia bisa mendapatkan peluang investasi luar negeri yang lebih banyak lagi.
"Ada beberapa negara-negara ekspor alternatif untuk Indonesia, dimana kita bisa mengembangkan sayap di sana," jelas Mirah.
Selain investasi, keuntungan lain yang bisa didapat adalah untuk mendorong sektor pariwisata, dan infrastruktur khususnya di daerah Bali, tempat penyelenggaran acara tersebut.
Terakhir, kelebihan yang bisa diperoleh jika pemerintah mau mencari kesempatan lebih adalah kita bisa menggalang open charity untuk penanggulangan bencana yang terjadi belakangan ini di Indonesia.
"Kita bisa mengajak para delegasi untuk berdonasi," kata dia.
(Ilustrasi/era.id)
Biar kamu tahu, Sri Mulyani sempat menyebut ada empat negara yang pernah menjadi tuan rumah Annual Meetings IMF-World Bank, di antaranya: Peru pada 2015, Jepang pada 2012, Turki pada tahun 2009, dan Singapura tahun 2006.
Kata dia, negara-negara tersebut memakan biaya yang lebih besar untuk penyelenggaran acara tersebut.
Misalnya, Peru menghabiskan Rp2,29 triliun (termasuk mendirikan lima pusat pertemuan); Jepang sebesar Rp1,1 triliun; Turki sebesar Rp1,25 triliun (hanya untuk pembangunan Istanbul Congress Center); dan Singapura sebesar Rp994,4 miliar.