4 tahun Jokowi, Ajang Komentar Tokoh Politik

| 20 Oct 2018 19:53
4 tahun Jokowi, Ajang Komentar Tokoh Politik
Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla. (Foto: setkab.go.id)
Jakarta, era.id - Hari ini Presiden Joko Widodo genap memegang pemerintahan selama 4 tahun sejak dilantik pada 20 Oktober 2014. Momentum ini banyak digunakan oleh tokoh-tokoh politik, baik kader partai pendukung yang mengapresiasi serta pihak oposisi yang mengkritisi.

Seperti Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang mengangkat narasi Jokowi menciptakan berbagai prestasi, khususnya di bidang infrastruktur.

"Infrastruktur secara teknokratis dimaknai dalam peningkatan koneksitas, aksesibilitas dan kemudahan mobilisasi serta ketersediaan daya pengungkit kemajuan. Dalam perspektif kebudayaan, infrastruktur itu memperkuat rasa percaya diri, optimisme dan membangun budaya kerja Indonesia berprestasi” sebut Hasto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (20/10/2018).

Empat tahun Jokowi juga menuai kritikan dari lawan politiknya pada Pemilu 2019, yaitu calon wakil presiden Sandiaga Uno. Sandi bilang, 65 persen lebih dari masyarakat menyatakan harga bahan pokok naik.

"Ini memberatkan ekonomi. Nah, ini evaluasi 4 tahun. Kemudian evaluasinya, didapat lebih dari separuh anak-anak usia muda usia kerja yang lulus mengeluhkan bahwa lapangan kerja itu Susah didapat," tutur Sandi.

Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding membantah komentar dari Sandiaga. Karding bilang, apa yang diucapkan mantan Wakil Gubernur DKI tersebut tidak berdasarkan fakta.

"Data kita, jumlah penuntasan pengangguran, itu besar setiap tahun dan meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi, ditambah dengan beberapa lapangan pekerjaan baru, misalnya dengan (usaha) online," ucap Karding.

"Jadi sebenarnya, sekali lagi, data Pak Sandi selama ini selalu lemah, dan menurut saya ini cari perhatian dan sensasi publik saja," tambahnya.

Pengamat Komunikasi Politik UIN Syarief Hidayatullah Gun Gun Heryanto memandang wajar jika momentum 4 tahun Jokowi dijadikan pernyataan legitimasi oleh kubu pendukung dan delegitimasi oleh kubu oposisi.

"Partai pendukung kan pasti mencarinya sisi positif. Misalnya pemerintahan Pak jokowi mampu menyelenggarakan event internasional. Kalau lawannya, kubu Prabowo tentu selalu mencari kontra narasi dari yang diapresiasi tadi, misalnya pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai target dan harga bahan pokok yang mahal," ungkap Gun Gun kepada era.id.

Jadi, kesan apresiasi dan kritikan tersebut, lanjut Gun Gun adalah hal yang wajar dalam rivalitas jelang Pemilu 2019 karena itu memang strategi yang diambil dari masing-masing kubu.

"Yang ingin dicapai bagi pendukung tentu ingin mendulang suara agar jokowi bisa meraih jabatan di periode kedua. Kalau pihak oposisi tentu ingin agar mengganti presiden. Itu tercermin dari legitimasi dan delegitimasi," pungkasnya.

Baca Juga : Empat Tahun jokowi, yang Complete dan Failed

Tags : jokowi
Rekomendasi