menemui sedikit titik terang. Kedua kepala daerah telah bertemu, meski belum mencapai solusi apapun. Barangkali, ini waktunya Ibu Kota kelola sampahnya sendiri. Lagipula, apa manfaat dari keributan soal sampah ini, kecuali membuka mata untuk melihat manfaat dari pengelolaan sampah itu sendiri?
Pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis memberi saran kepada Pemprov DKI untuk mulai membangun tempat pengolahan sampah dan mengelola sampahnya sendiri. Bukan apa-apa, menurut Rissalwan, sesampah-sampahnya sampah, sampah tetap memiliki nilai manfaat dan berpotensi mendatangkan pendapatan buat daerah.
Apalagi, saat ini sudah ada teknologi yang mampu mengonversi segala jenis sampah menjadi sumber energi listrik. Jika terkelola dengan
baik, sumber energi listrik itu bisa dimanfaatkan sebagai pemasukan daerah dengan menjualnya ke pihak-pihak yang membutuhkan. Ke Perusahaan Listrik Negara (PLN), misalnya.
"Alat itu tidak membutuhkan banyak ruang seperti Bantargebang, Bekasi. Contoh daerah yang bisa dijadikan tempat pengelolaan sampah, mungkin pulau reklamasi yang tengah disegel, atau tempat lain di Jakarta yang bisa diolah dari jalur hijau tapi dikombinasikan untuk tempat pengelolaan sampah itu," kata Rissalwan seperti ditulis Antara, Senin (22/10/2018).
Memang, sudah bukan zamannya lagi ribut-ribut soal sampah. Sebab, belahan dunia yang lain kini telah bergerak memanfaatkan sampah menjadi berbagai hal. Dan soal konversi sampah jadi listrik, negara macam Denmark, Swiss, Amerika Serikat, dan Prancis adalah yang terdepan. Di Denmark, 54 persen sampah nasional bahkan telah dikonversi menjadi energi listrik.
Konversi thermal
Dikutip dari environment-indonesia.com, proses konversi sampah menjadi energi listrik sejatinya cukup sederhana. Jadi, sampah dibakar hingga menghasilkan panas (konversi thermal). Kemudian, dengan bantuan boiler, panas dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap. Lalu, uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin yang dihubungkan ke generator dengan bantuan poros. Nah, generator itulah yang nanti menghasilkan listrik dan mengalirkannya.
Konversi thermal adalah proses mengubah panas menjadi energi. Seperti yang dijelaskan di atas, misalnya. Nah, konversi thermal ini bisa dilakukan lewat beberapa cara, mulai dari insinerasi, pirolisa, hingga gasifikasi. Insinerasi adalah proses oksidasi bahan organik menjadi bahan anorganik. Proses yang terjadi dalam insinerasi sendiri adalah reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen.
Pada umumnya, proses konversi sampah menjadi listrik yang paling banyak digunakan adalah insenerasi. Jadi, biasanya sampah dibongkar dari truk pengangkut dan dimasukkan ke inserator. Di dalam inserator, sampah dibakar, proses konversi pun dilakukan. Dan memang, pengelolaan sampah lewat metode insenerasi dianggap lebih menguntungkan.
Bayangkan, dengan mengelola sampah jadi energi, Ibu Kota enggak cuma mengatasi masalah polusi, tapi juga mendapatkan keuntungan finansial untuk daerah. Sebab selain bisa menjual energi listrik ke PLN, Ibu Kota juga menghemat lewat menghasilkan energi berbahan bakar gratis. Coba saja, sebagai ilustrasi, 100.000 ton sampah sebanding dengan 10.000 ton batu bara.
-
Lifestyle21 Aug 2021 14:33
Begini Cara Tepat Membuang Masker Sekali Pakai, Jangan Sembarangan
-
Afair07 Nov 2019 11:38
Jepang Bantu Jabar Kelola Sampah Jadi Energi