Jakarta, era.id - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman mengatakan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet masih memiliki daya ledak yang tinggi dibanding isu lain yang berdampak pada Pilpres 2019.
"Memang kemarin masih ada isu ekonomi, tapi memang kasus Ratna Sarumpaet membekas karena kalau kita lihat 50 persen lebih publik tahu tentang kasus ini," ungkap Ikrama di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018).
Ikrama bilang, kasus hoaks ini akan berhenti sejauh mana investigasi selesai dilakukan oleh kepolisian. Ketika ada temuan lain di tengah investigasi, maka tentu akan berpengaruh pada dinamika dukungan, baik paslon Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf.
"Kalau nanti diketahui kasus Ratna menyeret banyak pihak yang terlibat dalam Ratna tentu ada efek negatif (bagi paslon Prabowo-Sandi)," kata Ikrama ... Namun kalau temuannya tidak ada hubungan Ratna Sarumpaet dengan pemenangan Prabowo, apalagi khususnya ke pak Prabowo, tentunya akan menghilangkan sentimen negatif publik terhadap Prabowo," kata Ikrama.
"Kasus hoaks ini bisa berdampak pada keterpilihan dalam kontestasi politik karena Ratna pernah menjadi anggota tim pemenangan paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, sebelum mengundurkan diri," tambahnya.
Diketahui, hasil survei LSI Denny JA menunjukkan, sebanyak 17,9 persen publik lebih tidak mendukung pasangan calon Prabowo-Sandiaga, sementara 6,6 persen publik lebih tidak mendukung paslon Jokowi-Ma'ruf.
Kemudian, sebanyak 25 persen publik lebih memilih Jokowi-Ma'ruf dan 11,6 persen lebih memilih Prabowo-Sandiaga.
"Survei menemukan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet meningkatkan sentimen negatif terhadap Prabowo-Sandiaga dan meningkatkan sentimen positif kepada Jokowi-Ma'ruf," tutur Ikrama.
Survei ini menggunakan metode multistage random sampling denga nmargin of error sebesar +/- 2,9 persen yang dilaksanakan kepada 1.200 respoden seluruh Indonesia mulai 10-19 Oktober 2018.