“Antek asing, antek asing yang mana? Blok Mahakam yang dulu dipegang oleh Perancis dan Jepang sudah 100 persen pada tahun 2015 kita berikan pada Pertamina. Blok Rokan yang dipegang Chevron sudah 100 persen dipegang pertamina. Freeport sudah 40 tahun kita hanya diberi sembilan persen diam semua,” kata Jokowi dihadapan peserta deklarasi Relawan Banten di GOR Maulana Yusuf, Serang, Banten, Sabtu (3/11/2018).
Ia mengaku meski negosiasi alot selama 3,5 tahun namun, mantan Wali Kota Solo itu tetap yakin Freeport akan kembali dikuasai Indonesia meski dirinya harus ditekan berbagai pihak berkepentingan.
“Ditekan kanan, ditekan kiri, ditekan atas, ditekan bawah. Untung saya orangnya sabar. Ditekan-tekan ya saya diam saja kadang-kadang ngelus dada. Saya selalu tawakal berserah diri kalau sudah waktunya kita mendapatkan pasti mendapatkan,” ujarnya.
Jokowi mengaku bingung, sudah 40 tahun Indonesia harus menerima keuntungan sedikit dari tambang emas Freeport namun tak ada yang berkomentar. Begitu, pemerintah berhasil merebut saham PT Freeport sebesar 51 persen justru banyak yang tak percaya.
“40 tahun kita dapat sembilan persen kita diam, diam enggak ada yang protes. Begitu ini sudah namanya head of agreement ditandatangani malah banyak yang ragu. ‘Baru tanda tangan head of agreement sudah senang’. Sudah tanda tangan lahi sales of purchase agreement masih kita tidak bersyukur,” paparnya Jokowi.
Ia bahkan meminta agar kantornya di demo. Tapi bukan demo sebagai bentuk ketidaksetujuan atas kepemilikan saham Freeport. Melainkan, demo untuk mendukung Freeport bisa segera dikuasai Indonesia sepenuhnya oleh pemerintah.
“Kalau seperti ini mestinya saya didemo. Demo tapi mendukung gitu loh. Supaya Freeport diambil pemerintah. Mahakam sudah 100 persen, diam. Saya tunggu diam. Blok Rokan sudah 100 persen diam enggak ada dukungan. Freeport 51 persen diam. Engga ada dukungan. Sebenarnya kita mau seperti apa?” ungkap Jokowi.
“Malah dibilang antek asing, antek aseng. Antek aseng yang mana?” tambahnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga bilang, tuduhan antek asing ini juga banyak datang dari adanya berita yang menyebut ada 10 juta tenaga kerja asing yang merebut lapangan pekerjaan masyarakat. Jokowi lantas menggunakan data pekerja asing di Indonesia dengan yang ada di luar negeri.
“Uni Emirat Arab itu tenaga kerja asingnya 80 persen, di Arab Saudi 33 persen termasuk dari Indonesia. Brunei 32 persen tenaga kerja asingnya, Singapura 24 persen, Malaysia 5,4 persen tenaga kerja asingnya. Indonesia 1 persen saja tidak ada. Ini harusnya disyukuri bukan malah menyebarkan isu yang tidak betul,” jelas Jokowi.
Ia juga menyebut, saat ini pekerja Tiongkok di Indonesia jumlahnya memang sebanyak 24 ribu. Namun, jumlah itu tak seberapa jika dibandingkan dengan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar.
“Orang kita yang bekerja di sana (Tiongkok) 80 ribu. Itu yang di Tiongkoknya, yang di Taiwan mungkin 200 ribu, yang Hong Kongnya 160 ribu berarti kan yang di sana antek Indonesia. Gitu loh, dibalik, dibalik karena di sini hanya 24 ribu,” tandasnya.