"Antek asing, bagaimana antek asing?" kata Presiden Jokowi dalam sambutannya di Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) XII, di Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/8/2018) pagi.
Jokowi memang merasa perlu mengulang-ulang bantahannya itu. Soalnya tuduhan yang sudah menjurus fitnah itu dinilai sudah membahayakan negari ini.
"Yang namanya Blok Mahakam, yang dulu dimiliki oleh Prancis dan Jepang, 100% sekarang kita berikan ke Pertamina," jelas Jokowi.
Blok Mahakam selama ini memang dikelola oleh Total E&P Indonesie (TEPI). Tapi terhitung 1 Januari 2018, Blok Mahakam dikelola oleh PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak usaha dari PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) di bawah naungan PT Pertamina (Persero).
Belum lagi soal PT Freeport Indonesia, di Papua. Puluhan tahun Indonesia diam dan manut-manut saja dengan kepemilikan saham yang sangat kecil. Sangat tidak sebanding dengan apa yang sudah dikeruk dari bumi Papua itu.
:Saya negosiasi, menteri-menteri 3,5 tahun, alot sekali. Jangan dipikir negosisasi seperti itu mudah, sangat alot sekali. Untuk minta, saya sampaikan jangan mundur minta mayoritas 51%. Saya sudah sampaikan, jangan mundur. Ditawar 30%, enggak. Saya sampaikan 51% mayoritas," tegas Presiden Jokowi.
Namun saat sudah tanda tangan yang namanya head of agreement, kesepakatan, Presiden Jokowi mengritisi suara yang muncul yang dinilainya malah jelek semuanya.
"Saya enggak mengerti gimana kita ini sebetulnya. 40 tahun 9% pada diam. Begitu ada kesepakatan head of agreement 51% tidak didukung penuh,," kata Jokowi yang mengaku kebingungan karena merasa malah diserang kebijakannya.
"Begitu dibilang antek asing," sindir Presiden Jokowi sekali lagi.