Peluncuran buku Paradoks Indonesia ini, bertempat di media center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I No 35, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (16/11/2018). Tampak hadir di acara ini Direktur Komunikasi dan Media BPN Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo dan istri cawapres Sandiaga Uno, Nur Asia Uno.
Menurut Hashim, buku ini merupakan salah satu bentuk kepedulian calon presiden Prabowo Subianto untuk membantu melayani dan mengabdi kepada komunitas disabilitas termasuk tuna netra di Indonesia.
Sudah sejak lama, kata Hasim, Prabowo mendengar aspirasi dan keluhan dari kaum tuna netra. Sehingga, RUU Disabilitas diundangkan pada bulan April 2016. Namun, sayangnya saat UU tersebut sudah diterbitkan tidak ada PP petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan petunjuk teknis (Juknis) dari pemerintah.
Di samping itu, Hashim juga berjanji, jika Prabowo-Sandi terpilih pada kontestasi Pilpres 2019 mendatang pihaknya segera menerbitkan PP disabilitas.
"Saya bisa berjanji dan berkomitmen PP juklak dan juknis agar terlaksana, dalam waktu singkat, tidak perlu embel embel, dan itu aspirasi dari kaun disabilitas dan tuna netra terpenuhi," tutur Hasim, di Jalan Sriwijaya 35, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (16/11/2018).
Hasim mengatakan, pihaknya memandang kaum disabilitas adalah aset bangsa, bukan untuk dikasihani, tetapi aset yang disegani, dan dihormati.
Di sisi lain, istri Sandiaga Uno, Nur Asia Uno mengatakan, buku itu adalah sosok keperdulian Prabowo dan Sandiaga. Katanya, adanya buku Paradoks Indonesia versi Braille bisa menjadi jembatan informasi untuk para kaum difabel.
"Hari ini kita berkumpul bersama, saya sangat mendukung peluncuran buku ini. Buku ini jadi solusi untuk tunatera yang tersebar di Indonesia untuk mengetahui permasalahan dan solusi Indonesia," kata Nur Asia.
Sebagai tanda peresmian, buku ini diserahkan Nur Asia kepada perwakilan Komunitas Disabilitas Indonesia sekaligus Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) DKI Jakarta, Eka Setiawan.
"Alhamdulillah hari ini saya fikir ini bukan sebagai satu proses kampanye tetapi ini proses ajakan semua pihak ketika tunanetra difasilitasi dan mereka akan dapat menerima informasi seperti yang tidak tunatra dapatkan. Mereka bisa jadi subjek pembangunan bukan hanya jadi objek," ujar Eka.
Eka mengatakan, dirinya ingin membuktikan kepada semua masyarakat bahwa tuna netra bukan berarti tuna informasi dan berarti tuna pengetahuan. Dia juga berharap, pemerintah nantinya bisa bermitra dengan kaum disabilitas.
"Besar harapan kita tahun berikutnya penyandang disabilitas bukan lagi objek pembangunan, pastikan pemerintah bermitra dengan disabilitas," ucap Eka.