Salah satunya, dengan memindahkan posko pemenangannya dari Jakarta ke Jawa Tengah. Pemindahan itu rencananya akan dilakukan pada awal tahun 2019.
Disebutkan, alasan Sandiaga memindahkan posko pemenangan dari Jakarta ke Jawa Tengah karena jumlah pemilihnya lebih besar dan lebih menantang. Mengingat pada tahun 2014 yang lalu, Prabowo kalah di wilayah tersebut.
Menanggapi hal itu, cawapres nomor urut 01 Ma'ruf Amin mengatakan tak mudah mengubah pilihan rakyat Jawa Tengah. Sebabnya, sejak tahun 2014 masyarakat Jawa Tengah telah setia mendukung Joko Widodo (Jokowi).
"Ya mungkin mereka berharap ingin mengubah, saya kira enggak semudah itu mengubah pilihan (masyarakat Jateng) ya," kata Ma'ruf di kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (10/12/2018).
Selain itu, mantan Rais Aam PBNU ini menilai cukup sulit menggoyang pilihan masyarakat Jateng untuk berpaling dari petahana, mengingat unsur warga Nahdatul Ulama (NU) di sana sudah mendukung paslon nomor 01 tersebut.
Tak hanya itu, kekuatan partai pendukung Koalisi Indonesia Kerja (KIK) juga terbagi rata di Jawa Tengah. PKB dan PPP memiliki elektabilitas lumayan tinggi di wilayah tersebut, sehingga kekuatan Jokowi amatlah besar di sana.
"Tambah NU-nya, tambah Golkarnya. Saya pikir PDI Perjuangan itu juga kan kekuatan utamanya di Jateng. Jadi saya pikir enggak akan mengubah," jelasnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu juga bilang, salah besar jika kubu Prabowo-Sandiaga menyebut elektabilitas 43 persen Pilkada 2018 di Jateng dijadikan modal. Karena saat itu, Sudirman Said didampingi oleh Ida Fauziah dari PKB. Sehingga, hal itu mampu mendongkrak suara Gerindra di sana.
"Kemarin itu suara Sudirman said besar itu kan karena ada Ida Fauziah. Ida Fauziah itu kan didukung PKB," tutupnya.