Jakarta, era.id - Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi merilis hasil evaluasi kampanye terbuka rapat umum capres-cawapres nomor urut 02, jelang satu minggu pencoblosan.
Direktur Kampanye, Sugiono bilang, dari berbagai perjalanan kampanye Prabowo-Sandi di semua titik daerah-daerah yang dikunjungi, animo masyarakat untuk sebuah perubahan sangat tinggi.
Sugiono menjelaskan, semua lapisan masyarakat tumpah ruah menyambut kedatangan Prabowo maupun Sandiaga. Bahkan, katanya kedatangan mereka tanpa paksaan ataupun adanya upaya mobilisasi dari pihak paslon 02.
“Karena tim Prabowo-Sandi adalah tim paket hemat, untuk memobilisasi orang segitu besar di luar kemampuan kami. Tapi mereka keluar karena ada masalah sama dengan apa yang disampaikan Prabowo. Soal kondisi bangsa, khususnya ekonomi berada dalam keadaan yang tidak baik,” katanya dalam konferensi pers di The Darmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (10/4/2019).
BPN Prabowo-Sandi juga membandingkan jumlah massa yang hadir di kampanye terbuka di semua daerah yang dikunjunginya dengan jumlah massa yang hadir di kampanye Jokowi-Ma’ruf Amin.
Salah satu yang menjadi sorotan BPN, kata Sugiono, kampanye Jokowi di Solo, Jawa Tengah yang terlihat kosong dan berbeda dengan jumlah massa yang hadir di kampanye Prabowo Subianto seperti di Lombok, Sampang Madura dan lainnya. Apalagi, katanya, selama ini hasil survei menunjukan pasangan calon nomor urut 02, selalu berada di bawah pasangan calon nomor urut 01.
“Apakah masuk akal jika seorang petahana kesulitan untuk memenuhi tempat-tempat kampanye. Namun di survei dikatakan bahwa dia leading? Saya kira ini agak bertentangan dengan logika. Karena seharusnya jika apa yang digambarkan survei itu benar, tentu tidak akan sulit untuk petahana menghadirkan massa yang besar. Paling tidak memenuhi tempat kampanyenya,” tuturnya.
Konferensi pers BPN (Mery/era.id)
Berbeda dari sebelumnya
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini mengungkap, antusiasme masyarakat yang begitu besar saat ini tidak pernah dialami pihaknya selama mendampingi Prabowo Subianto di pemilu sebelumnya.
“Keadaan ini adalah suatu keadaan yang tidak kami dapati. Karena saya telah ikut mendampingi Pak Prabowo di kampanye 2004, 2009, 2014, tidak pernah terjadi situasi seperti ini. Ada tukang cendol yang pendapatannya sehari kurang lebih Rp50 ribu disumbangkannya Rp50 ribu itu di hadapan massa untuk membantu kampanye Prabowo-Sandi,” katanya.
Sugiono bilang, pihaknya telah melakukan kajian mengapa hal ini bisa terjadi di setiap titik kampanye yang di datangi Prabowo-Sandi. Katanya, karena adanya keinginan untuk berubah, melihat suasana yang baru yang bisa membawa negeri ini ke arah yang baik.
“Saya ingin sampaikan bahwa apa yang ingin kita lihat, apa yang kita saksikan dalam setiap kampanye merupakan momentum perlawanan rakyat atas kondisi yang mereka alami,” ucapnya.
Tak percaya lembaga survei mainstream
Sugiono bilang, pihaknya tak mempercayai hasil lembaga survei mainstream yang selama ini mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Maruf Amin. Sugiono bilang, pihaknya punya lembaga survei tersendiri.
“Penting saya sampaikan ada beberapa lembaga survei yang cukup objektif dan selaras dengan perjalanan kampanye di beberapa minggu ini,” tuturnya.
Meskipun, katanya dari beberapa lembaga survei yang dipaparkan memang terdengar asing di telinga publik. Pertama yakni, lembaga survei Rumah Demokrasi periode 19 Februari-1 Maret 2019 yang mengatakan posisi Prabowo-Sandi 45,45 persen sementara Jokowi-Maruf 40,3 persen. Survei ini dilakukan sebelum masa kampanye terbuka.
Survei selanjutnya, dari lembaga survei Bimata Politica per 23-29 Maret 2019 di awal kampanye terbuka. Survei ini mengklaim, Prabowo-Sandi unggul 55,19 persen sementara Jokowi-Maruf 36 persen.
Kemudian, survei IDM per 14-29 Maret 2019 Prabowo-Sandi 57,6 persen dan Jokowi-Maruf 38,76 persen. Survei NCID Prabowo-Sandi 58,23 persen dan Jokowi-Maruf 40,03 persen.
“Ini adalah beberapa lembaga survei yang tidak mainstream, yang luput dari coverage media maupun perhatian masyarakat tapi mencerminkan kenyataan yang sebenarnya,” jelasnya.
Selain itu, Sugiono menilai beberapa hasil lembaga survei mainstream saat ini banyak yang meleset hasilnya dari hasil sebenarnya. Katanya, seperti saat saat Pilkada DKI, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Saya tidak ingin ada informasi yang salah, yang bisa digunakan untuk hal-hal yang sifatnya mengecilkan dukungan masyarakat kepada 02,” tuturnya.