Membandingkan Konsep Kepunahan Ala Prabowo dan Thanos
Membandingkan Konsep Kepunahan Ala Prabowo dan Thanos

Membandingkan Konsep Kepunahan Ala Prabowo dan Thanos

By Yudhistira Dwi Putra | 18 Dec 2018 16:13
Jakarta, era.id - Pidato calon presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto soal prediksi kepunahan, begitu menarik perhatian. Gagasan dalam pidato itu jelas, negeri ini dianggapnya salah kelola selama puluhan tahun oleh elite politik. Dan jika diteruskan, negeri ini terancam kepunahan. Sekilas, pesan pidato Prabowo mengingatkan pada kisah dua seri terakhir Avengers, soal keberadaan sosok Thanos yang hendak memulai peradaban baru di dalam Marvel Universe.

"Sudah terlalu lama elite yang berkuasa puluhan tahun, susah terlalu lama mereka memberi arah keliru. Sistem yang salah. Dan saya katakan, bahwa sistem ini kalau diteruskan akan mengakibatkan Indonesia lemah. Indonesia semakin miskin, dan semakin tidak berdaya bahkan bisa punah," begitu kata Prabowo dalam pidatonya di hadapan peserta Konferensi Nasional Partai Gerindra di SICC, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Senin (17/12) kemarin.

Dalam Marvel Universe, perjuangan Thanos berangkat dari kekhawatirannya melihat bagaimana dunia dikelola. Thanos memandang, populasi alam semesta yang terlalu banyak, mengancam keberlangsungan sistem alam semesta, mengganggu keseimbangan pangan, sumber daya, dan sebagainya.

Mirip dengan Thanos. Prabowo merinci alasan di balik pesimismenya. Menurut Prabowo, dari berbagai analisa sejumlah ahli, perekonomian Indonesia tengah berada di ambang kehancuran. Salah satu tim pembisik Prabowo untuk urusan ini adalah Fuad Bawazier, seseorang yang pernah menjadi Menteri Keuangan di era Presiden Soeharto sebelum dilengserkan. Pendapatan per kapita yang rendah plus beban utang, jadi alasan yang dipaparkan Prabowo. Dan tentu saja di akhir cerita, Prabowo menawarkan diri menjadi jalan keluar membenahi kondisi ini.

"Kita per kapita bukan 3.800 dolar, tapi setengahnya, 1.900 kurang lebih, 1.900 dolar per kapita, artinya dibagi rata. Tapi 1.900 dipotong lagi utang, iya, kita semua punya utang. Bahkan anakmu baru lahir, punya utang. Utangnya kurang lebih, 600 dolar. Jadi iya, utang kamu itu 600 dolar. Kurang lebih 600 dolar itu, berapa ya? Ya sekitar 9 juta. Anakmu baru lahir, utang sudah 9 juta. Jadi kekayaan kita sebenarnya hanya 1.300 dolar per kapita."

"Mari kita lihat siapa negara yang setingkat dengan kita 1.300 dolar. Kita setingkat dengan Rwanda, Afghanistan yang perang sampai sekarang. Chad, Ethiophia, Chad sampai sekarang masih perang, Burkina Faso, laut aja enggak punya. Yah. Ini. Teman-teman, kita setelah 70 tahun merdeka kita tetap kacau. Saudara-saudara, ini yang tidak pernah diakui oleh elite kita. Karena itu tidak ada jalan lain kita harus memenangkan pemilihan 2019."

Ini bukan sebuah penggiringan opini soal hitam dan putih gagasan yang dimiliki Thanos dan Prabowo. Tapi, kemiripan cara berpikir Thanos dan Prabowo jelas menarik disoroti. Apalagi, ada wacana soal kepunahan segala. Apa iya peradaban kita sekacau ini?

Sosok Thanos di Marvel Universe bukanlah ecek-ecek. Dia bukan sosok kacangan seperti Ultron atau Steppenwolf yang obsesinya secetek 'menguasai dunia'. Bagaimana dengan Prabowo? Rasanya sulit membayangkan kalau mantan Danjen Kopassus ini sembarangan bicara saat melontarkan soal kepunahan.

Thanos (Foto: Marvel Studio via IMDB)

Dalam diri Thanos, ia memiliki dasar filosofi pemikiran yang bisa dikorelasikan dengan kondisi dunia saat ini. Barangkali itu juga yang dipertimbangkan Russo Brothers (Anthony Russo dan Joe Russo) ketika memilih Thanos sebagai villain pamungkas dari seri Avengers. Lahir di Titan, Thanos ditempa dengan banyak hal buruk dalam hidupnya. Saat lahir, Thanos sempat ingin dibunuh oleh ibunya sendiri, Sui-San lantaran warna kulit Thanos yang berwarna ungu, berbeda dengan penduduk Titan lain yang berkulit hijau.

Tumbuh dengan berbagai tekanan, Thanos tumbuh jadi salah satu sosok paling berpengaruh di planetnya. Suatu saat, Thanos menyadari, planetnya mengalami ancaman besar soal keseimbangan kehidupan. Penduduk tumbuh enggak terkendali menyebabkan sumber daya yang menipis. Dari situlah, gagasan Thanos muncul Titan berkembang ke arah yang salah. Thanos percaya, sebuah era baru harus dimulai, dengan konsekuensi membasmi separuh penduduk Titan.

Tapi Prabowo bukan Thanos. Namun, gagasan Prabowo soal kepunahan, jelas adalah hal yang bisa bikin deg-degan juga. Apa iya, salah kelola yang dilakukan para pemimpin bangsa telah menyeret kita ke jurang kepunahan?

Apa iya bakal punah?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), punah berarti: habis semua hingga tidak ada sisanyabenar-benar binasa; hilang lenyap; musnah. Sebuah frasa yang artinya enggak main-main memang. Dankonsekuensi yang diambil kubu Prabowo soal pernyataan sang calon presiden jelas adalah pertanggungjawaban besar. Enggak bisa tuh tokoh bangsa, asal oceh macam begitu.

Direktur Pencapresan Partai Keadilan Sosial (PKS), Suhud Alyuddin mengklarifikasi maksud Prabowo. Dia bilang, arti punah yang dimaksud Prabowo bukan berarti negeri ini bakal hilang dari peradaban. Tapi, punah yang dimaksud Prabowo, Indonesia akan kehilangan peran sebagai sebuah negara, baik itu di dalam kehidupan dan pergaulan dunia internasional. Penyebabnya, tentu saja kepemimpinan yang lemah di mata Prabowo.

Nah, kepemimpinan yang lemah inilah yang diyakini kubu Prabowo akan berdampak pada pelemahan kedaulatan bangsa, entah itu kedaulatan batas wilayah, kedaulatan pangan, kedaulatan ekonomi, kedaulatan energi, atau bahkan kedaulatan bangsa dalam budaya. Makanya, Suhud bilang, Indonesia butuh pemimpin yang dapat membawa Indonesia keluar dari ancaman kepunahan itu.

"Nah, Pak Prabowo mengkhawatirkan kondisi akan semakin memburuk jika tidak dilakukan pergantian kepemimpinan nasional melalui Pemilu 2019 mendatang ... Pasangan Prabowo-Sandi memiliki program untuk mengembalikan kedaulatan Indonesia dan memperkokoh peran penting Indonesia dalam pergaulan internasional," tutur Suhud.

Sementara itu, bagi kubu seberang, ocehan Prabowo enggak lebih dari sebuah kebohongan yang sengaja disemprotkan sebagai bentuk strategi pemenangan dalam kontestasi pemilu. Anggota Dewan Penasihan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Rohamurmuziy memandang ocehan Prabowo sebagai praktik dari strategi firehose of falsehood yang diadopsi dari strategi pemenangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump saat memenangi Pemilu 2016.

Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto (Foto: Twitter Prabowo)

Teori kepunahan

Secara teori dan laju sejarah, ada beberapa kemungkinan yang bisa jadi penyebab sebuah negara atau peradaban --dalam lingkup yang lebih luas-- bisa punah. Di antaranya adalah perang, bencana alam, hingga pertumbuhan penduduk. Atau, jika berkaca pada kepunahan bangsa-bangsa yang telah mendahului kita, teori soal penyebab kepunahan sebuah peradaban dapat dirinci menjadi beberapa poin. Dan asal tahu saja, enggak ada satupun poin yang menyebut utang dan masalah ekonomi sebagai hal yang menyebabkan kepunahan seperti yang dikatakan Prabowo.

Menipisnya ketersediaan kebutuhan dasar biologis, seperti makan, minum, hingga kebutuhan kesehatan; hilangnya fasilitas industri produksi seperti pabrik yang menghambat proses perdagangan; terbatasnya fasilitas mengembangkan diri termasuk melahirkan; kurangnya pendidikan; hingga kehilangan kepercayaan diri adalah hal-hal yang secara teori dapat menyebabkan kepunahan.

Gabungan teori-teori tersebut dilontarkan seorang sosiolog, Melvin H. Tumin dan seorang antropologis, John W. Bennet. Dikutip dari situs geologi.co.id, kedua ilmuwan menjelaskan bagaimana sebuah peradaban bisa punah. Dan penyebab-penyebab yang tersimpul di atas adalah pembelajaran dari kepunahan-kepunahan yang pernah terjadi dalam sejarah, termasuk kepunahan Bangsa Maya, Mesopotamia, Chaco Canyon, Mali, dan bangsa-bangsa lain.

Entah bagaimana nasib bangsa ini ke depan. Yang jelas, kalau boleh belajar dari teori kepunahan di atas, rasanya poin terakhir harus jadi semangat yang digaris bawahi. Bahwa pesimisme dan menipisnya kepercayaan diri adalah salah satu penyebab kepunahan yang seharusnya dihindari oleh peradaban yang disebut terancam kepunahan.

Lagipula, kalau melihat sejarah politik dan pemilu bangsa ini, sudah dua kali Prabowo kalah pemilu, namun bangsa ini enggak juga punah, toh? Jadi, apa iya pernyataan Prabowo relevan dengan teori kepunahan dan kondisi bangsa saat ini?

Rekomendasi
Tutup