Trump Lakukan Kebohongan di Irak?

| 27 Dec 2018 19:24
Trump Lakukan Kebohongan di Irak?
Presiden AS Donald Trump (Foto via @Realdonaldtrump)
Jakarta, era.id - Cerita manis Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat mengunjungi militer AS di Irak, Rabu tercoreng. Padahal itu adalah kunjungan ke zona militer pertama yang Trump perbuat selama jadi presiden. Tapi, bukan itu ternyata yang jadi pemberitaan media-media asing.

Di depan ratusan pasukan AS di Irak, Trump bilang kalau dia sudah menaikkan gaji para prajurit. Oke, sampai di sini tidak ada masalah. Yang jadi persoalan adalah, setelah 10 tahun berlalu, baru Trump yang punya niatan untuk meningkatkan gaji para prajurit.

"Anda melindungi kami. Kami akan selalu melindungi Anda. Dan Anda baru saja melihat itu, karena Anda baru saja mendapat kenaikan gaji terbesar yang Anda pernah diterima ... Anda belum mendapatkannya dalam lebih dari 10 tahun. Lebih dari 10 tahun," kata Trump kepada pasukan di Pangkalan Udara Al Asad.

Bagaimana faktanya? CNN melansir sebuah data yang membantah ucapan Trump. Media ini menulis, gaji militer ternyata meningkat setiap tahun selama lebih dari tiga dekade. Untuk tahun ini, dinaikkan 2,4 persen pada 2018. Tahun mendatang 2,6 persen dalam 2019 National Defense Authorization Act. Kenaikan gaji 2,6% adalah yang terbesar dalam 9 tahun terakhir.

"Anda tahu, kita bisa membuatnya lebih kecil. Kita bisa membuatnya 3%, kita bisa membuatnya 2%, kita bisa membuatnya 4%," kata Trump kepada para prajurit.

"Aku berkata, 'Tidak. Buat 10%. Buat lebih dari 10%'," klaim Trump.

 

Sehari kemudian, 'bencana' kembali terjadi di AS. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) untuk kesekian kalinya tutup atau shutdown. Semua terjadi karena tidak adanya kesepakatan pendanaan. Penutupan ini menyebabkan tidak boleh ada dana yang dikeluarkan dari Departemen Keuangan. 

Memang ini bukan soal gaji militer. Tapi tidak adanya titik temu dalam persetujuan Rancangan Undang-undang (RUU) untuk pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko. Partai Demokrat di parlemen menentang rencana itu.

Tags : donald trump
Rekomendasi