Anak Digital Rasa Konvensional
Anak Digital Rasa Konvensional

Anak Digital Rasa Konvensional

By akuntono | 27 Dec 2017 16:44
Jakarta, era.id - Mungkin saja tanda notifikasi twitter di smartphone Tsamara Amany Alatas terus berisik beberapa minggu terakhir. Mention pertanyaannya seputar spanduk politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini di beberapa titik kawasan Jakarta Selatan.

Spanduk berlatar belakang putih, tanpa ada tanda izin reklame, menampilkan sosok Tsamara dengan kerudung putihnya. Memasang tajuk 'Solidaritas Untuk Keadilan Ekonomi', spanduk ini mudah ditemui di sekitaran Tebet. Tulisan di bawahnya menegaskan Tsamara adalah caleg DPR yang ditugaskan PSI untuk bertarung di daerah Jakarta Pusat, Selatan dan Luar Negeri.

Bukan karena foto partner twitwar setia Fahri Hamzah ini yang jadi persoalan. Yang jadi pertanyaan, kok PSI gunakan konsep jadul sebagai kampanyenya?

Spanduk Tsamara di Tebet Raya (Riyan/era.id)

PSI selama ini coba menampilkan sesuatu yang beda dibanding parpol lain. Dengan packaging yang fresh, PSI coba merangkul kaum milenial yang memang jadi pasar potensial di perhelatan politik. Tahun 2019, pemilih muda diprediksi mencapai sekitar 50% jumlah pemilih. Masalahnya, gaya kampanye beberapa bacaleg PSI ini justru jadi anomali. Padahal orang-orang yang ada di dalam ini, bukannya tipe 'pendiam' di jagat medsos.

"Td pagi sepanjang Jl.Letjen Soeprapto menuju senen bnyk spanduk dr Tsamara,gw pikir politisi2 muda dr @psi_id akan berkampanye secara beda dgn politisi2 lawas yg tdk merusak pemandangan dgn spanduk,ternyata sama saja," tulis akun @jufrilaw seperti dikutip era.id, Rabu (21/12/2017).

Tsamara saja, follower di twitter mencapai 63 ribu lebih. Dihitung sejak bergabung September 2014 silam, Tsamara berkicau sekitar 12 twit tiap harinya. Belum lagi pengikutnya di Instagram yang tembus 68 ribu lebih.

Desain: Wicky Firdaus/era.id

Bukan apa-apa, milenial atau generasi Y, adalah panggilan buat orang yang lahir dalam kurun tahun 1980-2000an. Itung-itungannya, generasi Y berumur 17-37 di tahun ini. Kaum milenial terasa spesial karena dimudahkan dalam urusan teknologi. Besar dan tumbuh saat internet dan digital menjadi sebuah keharusan.

Jadi, jangan heran ada bocah yang diwawancarai Presiden Jokowi mengaku kepengin jadi Youtuber. Cita-cita zaman dulu, jadi pilot, dokter atau presiden, sudah usang rasanya.

Jokowi juga dibuat bingung dengan pilihan anaknya, Gibran dan Kaesang, yang memilih jualan makanan. Belakangan kebingungan itu berubah jadi apresiasi karena branding produk makanan mereka mengalahkan perusahaan mebel Jokowi. Dan pengemasan branding itu datang melalui jalur digital. Itu juga yang bikin Jokowi minta kampus-kampus punya jurusan Ekonomi Digital atau Toko Online.

Buat Ketua Umum PSI, Grace Natalie, partainya tidak bisa serta merta meninggalkan seratus persen konsep kampanye jadul. Mereka sadar, tidak semua calon pemilih itu melek internet. Dalam artian, ruang publik pun terpaksa harus diisi dengan sosok caleg PSI melalui spanduk atau bahkan baliho nantinya.

"Pemilih kan tidak milenial semua. masih banyak juga pemilih yang minim akses ke media sosial," kata Grace kepada era.id.

PSI bakal tetap bikin kombinasi kampanye digital-jadul. Caranya, setiap bacaleg ini diminta mensosialisasikan diri ke pada para pemilih. Mereka wajib mengumpulkan 100 KTP dukungan plus video testimoni yang bakal diunggah ke medsos masing-masing. Grace hakul yakin cara ini tidak bikin tone negatif ke mereka. Meski di jagat twitter sudah ramai digunjingkan.

"Nggak khawatir, selama tidak melanggar aturan," katanya.

Rekomendasi
Tutup