Sebelumnya, Alqunun memilih pergi meninggalkan negaranya lantaran mendapat ancaman pembunuhan oleh keluarganya akibat tidak mematuhi ayahnya. Menurut laporan BBC dirinya mengaku ketakutan karena ia menyatakan keluar dari Islam, atau dalam agama Islam disebut dengan 'murtad'.
Setelah kabar mengenai dirinya beredar ke seluruh dunia, ribuan pesan dukungan lewat media sosial telah membantu menyelamatkan hidupnya, kata seorang temannya, Nourah Alharbi (20) yang diwawancarai oleh The Guardian.
"Kemarin, mereka (pendukung media sosial) membuat perubahan dalam kehidupan Rahaf. Anda (orang-orang media) menyelamatkan hidup Rahaf," katanya.
Alharbi mengatakan Alqunun didukung ketika ia melihat banyak pesan tentang dirinya berseliweran di media sosial. Menurut Alharbi, kejadian tersebut membuat Alqunun merasa ketakutan dan stres, kemudian ketika ia membaca ribuan pesan, "Benar-benar membuat perbedaan baginya."
Sekarang Alharbi juga turut melarikan diri dari Arab Saudi setelah menderita pelecehan dari keluarganya, dan mencari suaka di Australia. Ia juga mengaku terus berhubungan dekat dengan Alqunun sepanjang cobaannya.
Pada Minggu kemarin, Alqunun mengurung dirinya di sebuah kamar hotel di dalam bandara Suvarnabhumi di Bangkok untuk mencegah dipulangkan secara paksa ke Kuwait. Lantas ia men-tweet tentang situasinya dengan tagar Twitter #SaveRahaf, sejurus kemudian tagar tersebut ramai sebagai dukungan atas dirinya. Para pendukungnya menuntut ia tetap tinggal di Thailand daripada dikembalikan ke Kuwait, dan melobi pemerintah agar memberikan suaka.
Alharbi mengatakan, Alqunun ingin meninggalkan negara itu setelah mendengar laporan bahwa ayahnya telah melakukan perjalanan ke Thailand, namun untuk saat ini dirinya masih merasa aman.
"Keamanan terus datang dan bertanya tentang dia. Dia ingin memberi tahu semua orang bahwa dia ingin pergi ke luar Thailand ke negara aman manapun," kata Alharbi.
Lalu pemerintah Australia mengatkan pada Senin (7/1) malam situasi Alqunun sangat memprihatinkan dan kemudian melobi pemerintah Thailand dan lembaga PBB UNHCR untuk mengizinkannya mengklaim suaka secara resmi.
Sebelumnya Alqunun sempat ditahan pada saat kedatangannya di Bangkok dan ditolak masuk ke Thailand saat dalam perjalanan ke Australia, yang bertujuan untuk mencari suaka. Namun setelah dikonfirmasi The Guardian, Rahaf ternyata memiliki visa turis tiga bulan yang valid untuk Australia, yang dikeluarkan untuk paspor Saudinya.
Perempuan 18 tahun itu mengatakan dia diculik setelah tiba di Bangkok dan paspornya disita oleh staf diplomatik Arab Saudi. Namun belakangan lewat akun Twitter-nya Kedutaan Arab Saudi di Thailand membantah laporan bahwa Riyadh telah meminta ekstradisi.
Alqunun kemudian menuntut agar mendapat akses ke UNHCR dan membarikade dirinya di dalam kamar hotelnya karena takut bakal dipaksa naik pesawat setelah pejabat Kuwait Airways datang ke pintunya, akan tetapi penerbangan Senin pukul 11.15 waktu setempat itu tetap berangkat tanpa Alqunun.
Menurut kabar terakhir, Alqunun kini telah dibawa ke rumah persembunyian untuk menunggu proses klaim suakanya selesai.