Inggris Janji Terbitkan UU Perbaikan Kualitas Udara

| 14 Jan 2019 15:34
Inggris Janji Terbitkan UU Perbaikan Kualitas Udara
Ilustrasi (Pixabay)
London, era.id - Pemerintah Inggris berjanji akan memerangi polusi udara dan memperkenalkan Undang-Undang (UU) baru tentang kualitas udara pada tahun ini. Tujuannya, tentu saja untuk meningkatkan kualitas hidup. Bonusnya, perbaikan kualitas udara akan mendatangkan keuntungan miliaran pound bagi negara tersebut.

Pemerintah Inggris mengklaim akan menjadi negara dengan perekonomian maju pertama yang menerapkan target kualitas udara berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait paparan partikel terhadap kesehatan manusia.

"Polusi udara terus memperpendek umur, mengganggu kesehatan anak-anak dan mengurangi kualitas hidup. Kami harus mengambil langkah yang matang dan darurat," kata Menteri Lingkungan Michael Gove dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Urusan Lingkungan, Makanan dan Perdesaan mengatakan langkah itu ditujukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan akibat polusi udara bagi masyarakat sebesar 1,7 miliar pound (sekitar Rp30,7 triliun) setiap tahun sebelum 2020, meningkat menjadi 5,3 miliar pound (sekitar Rp95,9 triliun) setiap tahun dari 2030.

Tahun lalu, pemerintah memublikasikan rencana untuk mengurangi emisi mobil dan pesawat. Selain mobil, kereta api yang hanya bertenaga diesel juga akan dikurangi sebelum 2040.

Strategi tersebut, yang juga diupayakan untuk menangkal polutan rumah, pertanian dan industri, mengharuskan Inggris untuk mengurangi jumlah penduduk yang tinggal di area yang menyalahi panduan WHO tentang polusi saat beberapa kota di Inggris mendapat pengawasan karena kualitas udara yang buruk.

Pada Jumat, Jaksa Agung Geoffrey Cox memberikan persetujuan untuk pemeriksaan baru yang akan dibuka terhadap kasus kematian Ella Kissi-Debrah, seorang penderita asma berusia sembilan tahun yang meninggal pada 2013, setelah keluarganya berpendapat bahwa pemeriksaan awal mengabaikan kemungkinan dampak polusi udara terhadap kesehatannya.

Petisi yang diajukan kepada Cox oleh keluarganya menyebutkan bahwa bukti kunjungan Kissi-Debrah ke sejumlah rumah sakit dikaitkan dengan tingginya tingkat polusi udara di dekat rumahnya di London Selatan. Cox mengatakan bahwa dengan bukti itu, keluarganya dapat mengajukan permohonan pemeriksaan baru di Pengadilan Tinggi.

Kissi-Debrah akan menjadi orang pertama di Inggris yang kematiannya secara hukum terkait dengan polusi udara sementara beberapa badan amal dan kelompok berusaha meningkatkan kesadaran tentang dampak kualitas udara yang buruk terhadap kesehatan.

"Ribuan nyawa terus berkurang setiap tahun di Inggris karena udara yang mereka hirup mengandung partikel berbahaya," kata Simon Gillespie, yang merupakan Kepala Eksekutif di Yayasan Jantung Inggris (British Heart Foundation), seraya menambahkan bahwa strategi tersebut perlu disesuaikan dengan tindakan legislatif.

"Kami mendesak agar pedoman ini disahkan menjadi hukum nasional, untuk mempercepat aksi yang terkoordinasi, berani dan ambisius yang akan melindungi kesehatan jantung dan peredaran darah manusia di mana pun mereka tinggal di Inggris."

Rekomendasi