Pariwisata Indonesia Tumbuh, Tapi Jangan Sombong Dulu

| 16 Jan 2019 17:07
Pariwisata Indonesia Tumbuh, Tapi Jangan Sombong Dulu
Raja Ampata (Foto: Twitter @indtravel)
Jakarta, era.id - Kita boleh berbangga terhadap pariwisata Indonesia. Perkembangan sektor wisata di negeri kita tumbuh pesat.

Data World Travel and Tourism Council melaporkan, pada empat indikator perjalanan dan pariwisata utama, Indonesia berada di nomor 9 sebagai negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia.

Sementara untuk kawasan Asia, Indonesia berada di nomor 3 setelah China dan India. Sedangkan untuk di kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadi bintangnya dengan menempati urutan pertama.

Mengutip data dari Kementerian Pariwisata, Kapusdatin Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo menyatakan sektor pariwisata Indonesia merupakan penghasil devisa terbesar.

"Pada tahun 2019, industri pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar yaitu USD20 miliar," tutur Sutopo kepada wartawan, Rabu (16/1/2019).

Dampak devisa yang masuk tentu juga langsung dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sutopo bilang, pada banyak daerah di Indonesia, sektor pariwisata telah mampu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan makin meningkatkan masyarakat sekitarnya. 

"Misal, pengembangan pariwisata Danau Toba telah meningkatkan PAD Kabupaten Samosir naik 81 persen dalam kurun waktu 2016-2017. Begitu juga Kabupaten Simalungun, PAD naik 91 persen, Kabupaten Humbang Hasundutan naik 103 persen, Kabupaten Karo naik 58 persen," kata dia.

Eits, jangan sombong dulu. Di balik itu semua, kata Sutopo, industri pariwisata ternyata sangat rentan terhadap bencana, apabila tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata. 

"Dan lagi, bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata.

Perlu bukti? Ini data yang dimiliki Sutopo soal bencana dan dampaknya terhadap kemerosotan sektor pariwisata di Indonesia.

1. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010, telah mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan di beberapa obyek wisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah mencapai hampir 50 persen.

2. Bencana kebakaran hutan dan lahan pada Agustus hingga September 2015 menyebabkan 13 bandara tidak bisa beroperasi karena jarak pandang pendek dan membahayakan penerbangan. Bandara harus tutup, berbagai event internasional ditunda, pariwisata betul-betul tertekan. Industri airline, hotel, restoran, tour and travel, objek wisata dan ekonomi yang di-drive oleh sektor ini pun terganggu.

3. Erupsi Gunung Agung di Bali tahun 2017 menyebabkan 1 juta wisatawan berkurang dan kerugian mencapai Rp 11 trilyun di sektor pariwisata.

4. Gempa Lombok yang beruntun pada tahun 2018 menyebabkan 100.000 wisatawan berkurang dan kerugian Rp 1,4 trilyun di sektor pariwisata.

5. Tsunami di Selat Sunda pada 22/12/2018 menyebabkan kerugian ekonomi hingga ratusan miliar di sektor pariwisata. Bencana menyebabkan efek domino berupa pembatalan kunjungan wisatawan hingga 10 persen. Sebelum dilanda tsunami, tingkat hunian atau okupansi hotel dan penginapan di kawasan wisata Anyer, Carita, dan Tanjung Lesung mencapai 80–90 persen.

Sudah jelas, kan? Hal ini menjadi menjadi pembelajaran bagi kita semua. Ditambah lagi, lanjut Sutopo, mitigasi bencana secara struktural dan non struktural di kawasan pariwisata masih sangat minim.

"Mitigasi dan pengurangan risiko bencana hendaknya ditempatkan sebagai investasi dalam pembangunan pariwisata itu sendiri. Sebab, dalam proses pembangunan setiap 1dolar AS yang diivestasikan untuk pengurangan risiko bencana maka dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7 sampai 40 dolar AS," terang dia.

Koordinasi pun juga perlu dilakukan dengan berbagai pihak. Pentahelix dalam pembangunan pariwisata dan penanggulangan bencana yang melibatkan unsur pemerintah, dunia usaha/usahawan, akademisi, masyarakat, dan media hendaknya didukung semua pihak.

"Risiko bencana dapat dikurangi sehingga dampak bencana dapat diminimumkan dengan upaya mitigasi dan pengurangan bencana. Di balik berkah keindahan alam Indonesia juga dampat menyimpan musibah jika tidak dikelola dengan baik," tutupnya.

 

Tags : travelling
Rekomendasi