"Seluruh kader Gerindra pastinya berharap bisa meraih dwi kemenangan tadi," katanya, di Jakarta, Kamis (7/1/2019).
Keyakinan ini, kata Fadli, ditambah adanya winning power karena meningkatnya elektabilitas calon presiden yang diusungnya jelang pencoblosan 17 April.
"Selain dari animo masyarakat, hal itu juga bisa dilihat dari apresiasi para pemimpin. Perwakilan negara-negara sahabat yang makin hangat dan terbuka kepada kami,” ucap Fadli.
Jurkamnas Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ini mengaku tak heran jika lawan politiknya makin gencar menyerang Partai Gerindra dan Prabowo Subianto. Tujuannya adalah menjatuhkan elektabilitas keduanya yang saat ini sedang meninggi.
"Mereka tentu tak menyukai tren elektabilitas Pak Prabowo ini," ujar dia.
Salah satu fitnah dan serangan yang diterimanya adalah tuduhan Partai Gerindra sebagai partai beraliran radikal atau sektarian.
Padahal, menurut Fadli, dalam Manifesto Partai Gerindra, jati diri partai berlambang garuda ini adalah kebangsaan, kerakyatan, religius, dan keadilan sosial. Karena itu, kata Fadli, apa yang menjadi jati diri partainya, adalah jati diri bangsa Indonesia.
Dia menambahkan, sesudah reformasi, banyak partai mengklaim diri sebagai partai kebangsaan, namun ternyata mereka menjauh, atau juga dijauhi oleh umat. Menurut Fadli, meneruskan ke-Indonesiaan tidak bisa tanpa membawa serta umat.
"Bagaimana bisa kita mempertanggungjawabkan pluralisme, jika kita alergi terhadap religiusitas yang telah menjadi kultur bangsa kita? Bagaimana bisa kita menegakkan persatuan, jika kita sendiri memusuhi elemen-elemen penyusun bangsa ini, terutama lem perekat terbesarnya?" ujarnya.
Di sisi yang lain, Fadli menilai, Indonesia juga tidak mungkin bisa diteruskan hanya oleh satu atau dua golongan terbesar saja tanpa merangkul yang lain.
"Kebhinekaan adalah sunatullah, amanat nenek moyang yang telah diwariskan kepada kita. Semua itu harus terus kita hidupi dengan arif dan bijaksana. Jadi, begitulah posisi politik Partai Gerindra. Kami adalah partai nasionalis religius," kata dia.