PDIP Singgung Dramatisasi Kubu Prabowo

| 07 Feb 2019 15:33
PDIP Singgung Dramatisasi Kubu Prabowo
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. (Diah/era.id)
Cianjur, era.id - Kehidupan tak bisa dijauhkan dari drama. Tapi, bukan berarti fakta-fakta, apalagi keputusan hukum bisa didramakan. Hal inilah yang disayangkan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat menyinggung kasus ujaran kebencian Ahmad Dhani.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf itu bilang, walapun Indonesia negara demokrasi namun tidak setiap warga negara bisa seenaknya berbicara tanpa memperhatikan kepentingan umum.

"Kasus ujaran kebencian Ahmad Dhani, setelah proses hukum, lalu didramatisasi. Ketika berbagai jenis ujaran kebencian, ucapan yang bisa memanaskan situasi ada proses hukum dijadikan sebuah drama," kata Hasto di depan ratusan kader PDIP dalam acara Safari Kebangsaan di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (7/2/2019).

Baca Juga : Ahmad Dhani Didakwa Pasal Pencemaran Nama Baik

Kemudian drama lain yang disinggung Hasto adalah soal doa KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang viral di media sosial. Saat itu Mbah Moen salah menyebutkan nama Jokowi dan justru menyebut Prabowo Subianto dalam doanya, sebelum akhirnya diperbaiki.

Doa yang salah ucap itu lalu digoreng oleh lawan politik Jokowi, salah satunya oleh Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang sampai membuat puisi di akun Twitternya. Menurut Hasto, Fadli tidak mencerminkan jati dirinya sebagai seorang pemimpin.

 

"Bagaimana bisa seorang ulama diperlakukan dengan seperti itu karena ketidakpahaman saudara Fadli Zon kepada Mbah Maimoen. Itu tidak boleh ditunjukan oleh pimpinan apalagi lembaga tinggi negara," ungkap Hasto.

Politikus PDI Perjuangan itu bilang, harusnya pemilu menjadi momen membangun keadaban publik. Hasto mengatakan bukan adab orang timur bisa bicara bebas tanpa aturan.

"Setiap warga negara menunjukkan jati diri sebagai orang timur bukan seenaknya berbicara, karena kita ada negara Pancasila," tutur dia.

Baca Juga : Doa Mbah Moen itu Sudah Bagus, Jangan Dibuat Polemik

 

Rekomendasi