Kondisi tersebut menyebabkan dinding kirmir jebol hingga banjir bandang menyebabkan tiga orang meninggal, sejumlah orang terluka dan 12 rumah rusak. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Badan Geologi, Agus Budianto, titik jebolnya dinding kirmir sungai disebabkan tekanan dan penumpukkan air yang terhalang oleh tikungan tajam beberapa meter dibawah.
Selain itu, kata Agus, robohnya sebuah tembok besar di jalur air serta erosi yang terjadi pada dinding kirmir usai hujan deras dua jam juga jadi faktor lain yang menyebabkan jebolnya dinding kirmir.
"Jadi itu seperti jalur jalan tol, itu akan bergerak ke perumahan yang lebih rendah posisinya. Jadi air bergerak liar dari sana. Nah, dalam kondisi itu, dia mencari titik terendah. Ya akhirnya ada dua rumah yang roboh, itu titik terendahnya karena tidak kuat menahannya. Itu yang terjadi, air bergerak cepat ke perumahan yang lebih rendah," kata Agus di Bandung, Senin (11/2/2019).
Agus menjelaskan, adanya kerusakan bagian belakang di sepuluh rumah disebabkan derasnya luapan air sungai yang membawa lumpur dan material keras. Material keras itu, kata Agus terbawa derasnya air usai melewati empat rumah sebelumnya.
Sehingga dapat dipastikan, seluruh kerusakan yang tejadi di perumahan Komplek Jati Endah Regency, Dusun Pasir Jati, Desa Jati Endah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupetan Bandung, Jawa Barat disebabkan oleh air. Agar peristiwa serupa tidak terulang, PVMBG Badan Geologi merekomendasikan agar dinding kirmir diperkuat.
"Artinya, kalau kita lihat temboknya itu tegak, harusnya dibangun tembus diperkuat sampai dengan batuan dasar dan kemudian sambil dibuat penopang. Jadi satu-satunya cara karena curah hujan masih tinggi adalah membangun kirmir dengan benar agar bisa menahan derasnya air."
Selain itu, penting untuk memperhatikan pergerakan jalur air saat akan membangun bangunan. Apalagi, pembangunan yang berada di jalur belokan air, bantaran sungai dan pemukiman yang letaknya berada di bawah jalur air.