Sebuah tim konservasi dan ilmuwan internasional menemukan spesimen pertama Megachile Pluto, umumnya dikenal sebagai lebah raksasa Wallace, di pulau-pulau Maluku Utara di Indonesia pada Januari.
Pada hari Kamis kemarin, mereka merilis foto dan video dari sarang dan ratu lebah raksasa tersebut seraya mengatakan bahwa temuan mereka merupakan "cawan suci" dari penemuan spesies.
"Di tengah penurunan global yang terdokumentasi dengan baik dalam keanekaragaman serangga, hal yang amat luar biasa mengetahui bahwa spesies ikonik ini masih bertahan," kata Simon Robson, anggota tim dan profesor di Universitas Sydney dinukil dari straitstimes.com (Sabtu (23/2).
Penemuan ini sekaligus menyalakan kembali harapan akan lebih banyaknya hutan di kawasan Maluku yang mungkin menjadi rumah bagi spesies yang sangat langka ini, kata tim yang juga terdiri dari para peneliti dari University of Sydney, Saint Mary's University di Kanada dan Princeton University di AS.
Supaya kamu tahu. Spesimen betina lebah raksasa ini dapat mencapai panjang 3,8 cm dan memiliki lebar sayap lebih dari 6 cm. Sedangkan spesimen jantan tumbuh sekitar 2,3 cm. Serangga ini dinamai naturalis Inggris Alfred Russel Wallace, yang merumuskan teori evolusi melalui seleksi alam sebelum kontribusi Charles Darwin yang diterbitkan.
Wallace mengumpulkan spesies ini untuk pertama kalinya pada 1858 sambil menjelajahi pulau Bacan di Indonesia.
Spesies itu dianggap punah hingga ditemukan kembali pada 1981 oleh Adam Messer, ahli entomologi Amerika, yang menemukan enam sarang di pulau Bacan dan dua pulau terdekat lainnya. Sejak itu tidak terlihat lagi.