Paling menyita perhatian, diusungnya pasangan cagub-cawagub Jawa Barat, Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan. Dipilihnya nama Hasanuddin mengejutkan karena menyingkirkan Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung, yang sebelumnya kuat diprediksi diusung PDIP. Dukungan PDIP pada Ridwan Kamil seperti lampu yang nyala lalu padam.
Lampu itu sempat menyala saat dia berkunjung ke markas PDIP di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2018). Tapi hingga dua hari jelang dibukanya pendaftaran calon kepala daerah, dukungan untuk Emil meredup. Keesokan harinya, PDIP malah memilih Hasanuddin-Anton Charliyan untuk Jabar. Kandas deh keinginan Emil naik banteng pada Pilkada Jabar.
"Pada bilang pilih yang itu saja, Bu. Saya bilang enggak," kata Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat mengumumkan bakal cagub-cawagub, di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Minggu (7/1).
Hasanuddin adalah mantan Sekretaris Militer era Presiden Megawati. Saat ini dia menjabat pimpinan Komisi I DPR dan Ketua DPD PDIP Provinsi Jabar. Adapun Anton adalah mantan Kapolda Jabar.
Megawati berharap duet TNI-Polri yang dia usung bisa menang di Jabar, mengalahkan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu yang diusung Partai Gerindra, PKS, dan PAN; pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang diusung Partai Demokrat dan Golkar; serta pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang diusung PKB, Partai Nasdem, PPP, dan Hanura.
"Malu dong kalau sudah (duet) TNI-Polri masa enggak fight. Harus fight untuk Jawa Barat," ucap Megawati.
Kemudian di Jawa Tengah, PDIP mengusung petahana Ganjar Pranowo sebagai calon gubernur. Kembali diusungnya Ganjar sudah terprediksi, tapi soal wakilnya, PDIP mempersilakan kalangan kiai dan santri memberi masukan.
Berdasarkan hasil komunikasi dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj dan Mustasyar PBNU Maimoen Zubair atau Mbah Moen, serta Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy, dipilihlah Taj Yasin Maimoen atau Gus Yasin sebagai pendamping Ganjar.
Gus Yasin merupakan putra Maimoen Zubair dan anggota DPRD Jateng dari Fraksi PPP. Gus Yasin dipilih untuk menegaskan kedekatan PDIP dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Pasangan Ganjar-Gus Yasin didukung PDIP, PPP, Demokrat, dan Nasdem; dan akan melawan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Partai Gerindra, PKS, PAN, dan PKB.
Untuk Pilkada Jawa Timur, PDIP memilih Puti Guntur Soekarno sebagai cawagub pendamping Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Puti menggantikan Azwar Anas yang mengundurkan diri setelah ada serangan foto. Sebelum nama Puti ditetapkan, sempat muncul wacana dari internal PDIP menjadikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) dan Wasekjen PDIP Ahmad Basarah sebagai cawagub Jatim. Namun Risma menolak dan nama Basarah perlahan meredup.
Nama Puti dipilih setelah ada masukan dari kiai dan pimpinan PKB sebagai partai koalisi. Pasangan Gus Ipul-Puti Soekarno akan bersaing dengan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah yang diusung Demokrat, Golkar, PPP, Hanura, Nasdem, dan PAN.
Beberapa jam sebelum PDIP mengumumkan nama Puti, mantan Sekjen DPP PDIP Pramono Anung, melalui akun twitternya, sudah memberikan qlue soal figur yang akan dipilih jadi cawagub Jatim. Dia mengatakan akan ada kejutan di waktu akhir jelang pendaftaran cagub-cawagub.
"Kejutan itu kalau diketahui di saat- saat terakhir sebelum ditutup pendaftaran dan menimbulkan ‘elemen yg mengejutkan’ itulah bagian dr langkah dan kecerdasan dlm berpilitik. Tidak terduga oleh lawan politik dan dapat menimbulkan efek ‘Wow’, semoga ya #StrategiPilkada," kata Sekretaris Kabinet tersebut.
Semua partai politik tentu berpikir keras untuk mendapatkan figur terbaik yang akan diusung menjadi cagub-cawagub, khususnya di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda pernah bilang, Pilkada di tiga provinsi di Pulau Jawa itu bisa jadi batu loncatan untuk menghadapi Pilpres 2019.
Pulau Jawa, kata Hanta, adalah lumbung suara partai politik karena jumlah pemilihnya mencapai 28 persen dari total jumlah pemilih nasional. Bahkan jika ditambah dengan Banten dan DKI Jakarta, angkanya meroket hingga mencapai 60 persen pemilih. Untuk itu, lanjut Hanta, sangat wajar jika parpol fokus menjaring suara di Pulau Jawa.
"Kenapa terbesar? karena di sini (Jawa) melibatkan 65 atau 68 persen pemilih di Indonesia. Kalau diekuivalenkan dengan kursi di DPR, mencapai 65 persen," ujar dia.
Dikatakan Hanta, jika menengok pemilu 2014 lalu, pemilih di Jateng dan Jatim mayoritas pendukung fanatik Jokowi. Akan tetapi, Jabar menjadi wilayah yang paling cair dan kecenderungannya bisa berubah.
"Berkaca pada Pemilu 2014, kalau mau melihat pemilu legislatif, siapa partai yang akan menang lihatlah pemenang Jawa Barat. Kalau pilpres, lihatlah Jawa Timur," ucap Hanta.