PSI 'Berisik' di Medsos, Tapi Surveinya Kalah Sama Perindo

| 12 Mar 2019 14:07
PSI 'Berisik' di Medsos, Tapi Surveinya Kalah Sama Perindo
Ketum PSI Grace Natalie (Foto via Twitter PSI)
Jakarta, era.id - Lembaga Voxpol Center melakukan survei nasional. Hasilnya, ada tujuh partai yang tak lolos ke parlemen dengan ambang batas atau parliamentary threshold sebesar 4 persen. Tiga di antaranya adalah partai lama, sedangkan empat lainnya merupakan partai baru.

Secara berurutan, tujuh partai itu adalah, Partai Perindo yang punya elektabiitas sebesar 3,5 persen, Partai Hanura sebesar 1,1 persen, PBB sebesar 0,8 persen, partai Berkarya sebesar 0,7 persen, kemudian perolehan tingkat elektabilitas PSI sebasar 0,5 persen, PKPI sebesar 0,4 persen dan Partai Garuda  sebesar 0,3 persen.

Yang menarik menarik adalah posisi PSI yang berada jauh dari Perindo. Padahal, PSI 'berisik' di media sosial selama beberapa bulan ini. Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat PSI kalah dengan Perindo. Di antaranya, adalah 'keberisikan' PSI di media sosial tidak memiliki peran yang signifikan untuk mendongkrak elektabilitasnya. 

"Pertanyaannya sederhana, berapa persen penguna media sosial? Di desa yang belum terjangkau internet bagaimana? Tetap sarana yang paling efektif adalah media mainstream seperti TV, dan Perindo sudah masuk ke jantung hati rakyat lewat full marketing iklannya bertahun-tahun di media mainstream," kata Pangi, Selasa (12/3/2019).

Apalagi, kata dia, PSI kerap bermain di narasi yang membela sentimen minoritas. Sayangnya, itu tidak laku dan menambah polemik baru. Malah, kata Pangi, jika keterusan, ini akan jadi blunder atau bunuh diri politik bagi partai yang dipimpin Grace Natalie ini.

"Cobalah PSI belajar memenangkan hati rakyat, bangun narasi yang tidak hanya sekedar memantik polemik, menyerang kebijakan yang sentimennya negatif," ujarnya.

"Memenangkan empati dan hati rakyat sederhana dan gampang kok, berselancar pada emosi, apa yang mereka (rakyat) senangi, apa yang mereka butuhkan, memantik sentimen emosi itu, yang maaf saya boleh koreksi, PSI gagal dan kurang piawai dan mahir mengelola isu dan sentimen. Narasi populisme dan kekuatan figur sangat dibutuhkan partai baru," tambah dia.

Survei nasional Voxpol Center ini dilakukan pada 24 Februari- 6 Maret. Survei dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling dengan tingkat kesalahan alias margin of error +/-2,98 persen dengan melibatkan 1.220 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas dengan selang kepercayaan survei ini adalah 95 persen

Setiap responden terpilih diwawancarai dengan metode wawancara tatap muka (face to face) oleh pewawancara yang terlatih secara khusus. Quality control dilakukan  dengan mendatangi kembali (rekonfirmasi) 20 persen sampel responden yang ada kemudian terpilih secara acak (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan secara berarti.

Dari survei ini, Voxpol Center juga menemukan ada lima alasan yang paling dominan untuk memilih partai; Pertama, partai yang kebijakannya memihak pada rakyat kecil sebesar 20,5 persen; Kedua, memilih karena figur dan suka pada tokoh partai tersebut sebesar 15,8 persen; Ketiga, partai yang membela agama dan memihak pada kemajemukan sebesar 13,5 persen; Keempat, partai yang punya jalan keluar atas masalah warga sebesar 12,9 persen; Kelima, ikut pilihan orang lain sebesar 6,3 persen.

Rekomendasi