Dilansir dari Antara, Selasa (9/4/2019), pembicaraan dengan petugas Layanan Penjara Israel (IPA) gagal mencapai kesepakatan. Sehingga, para tahanan memutuskan mogok makan.
Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan mengatakan, wakil dari tahanan telah mengumumkan keputusan tersebut setelah beberapa hari pembicaraan dengan IPA di Penjara Rimon yang tak berujung kesepakatan. Oleh karena itu, mereka telah menyerukan pemogokan makan secara terbuka, termasuk menolak minum air.
Aksi mogok makan ini dilakukan karena Kelompok tahanan Palestina menuntut IPA mencabut semua alat penghambat gelombang yang belum lama ini dipasang di beberapa penjara karena dampaknya pada kesehatan tahanan.
Mereka juga menuntut kunjungan keluarga tahanan di Jalur Gaza agar diizinkan, pemasangan telepon umum di penjara, pengakhiran pengucilan tahanan yang dihukum setelah kerusuhan baru-baru ini di penjara, penghentian serangan dan penyerbuan ke sel tahanan serta peningkatan layanan medis.
Komisi Urusan Tahanan takut aksi mogok ini akan meluas dalam beberapa hari ke depan hingga mencakup tahanan di penjara lain.
Para tahanan sebelumnya pernah melakukan mogok makan massal guna menuntut perlakuan dan kondisi yang lebih baik, tapi pemogokan mereka selalu berakhir dengan mereka mengonsumsi air asin guna menghindari dehidrasi.
Namun, mogok kali ini dipastikan mereka akan menolak minum, yang dapat mengakibatkan kondisi serius dalam waktu singkat.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Gilad Erdan, meminta sejumlah rumah sakit di Israel bersiap menerima para tahanan yang akan mogok makan dan minum itu. Langkah ini dilakukan karena pemerintah Israel tidak mau mengakomodir tuntutan para tahanan Palestina.
Ada sebanyak 6.000 orang Palestina yang ditahan di berbagai penjara Israel. Banyak di antara mereka, sudah dipenjara bertahun-tahun dan bahkan beberapa tahanan menjalani hukuman penjara seumur hidup karena melawan pendudukan Israel atas tanah air mereka.