Pengacara 02 Cecar Pernyataan Moeldoko dan Hasto

| 21 Jun 2019 15:50
Pengacara 02 Cecar Pernyataan Moeldoko dan Hasto
Saksi yang dihadirkan Tim Hukum Jokowi (layar tangkap Youtube MK)
Jakarta, era.id - Tim hukum paslon 02 Teuku Nasrullah mencecar saksi yang diajukan paslon 01 bernama Anas Nashikin soal pernyataan dari Moeldoko dan Hasto Kristiyanto yang menjadi pembicara saat pelatihan mentor saksi paslon 01 (Training of Trainers) yang digelar pada 20-21 Februari 2019.

Teuku bertanya kepada Anas apakah dia pernah mendengar Moeldoko, dalam acara tersebut, menggunakan istilah "perang total" dalam kegiatan Training of Trainers

"Sejauh saya memahami, pernyataan yang disampaikan Pak Moeldoko adalah bentuk pemberian semangat," kata Anas dalam sidang sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2019).

Sesaat, Anas langsung ditegur oleh Hakim MK Manahan Sitompul. Manahan bilang, semestinya saksi tidak boleh mengeluarkan pendapat karena hanya bisa memberikan kesaksian. 

"Lebih dahulu saudara jelaskan dahulu, apakah istilah itu pernah saudara dengarkan khusus disampaikan materi yang disampaikan pak Moeldoko? Ada istilah perang total itu?" tanya Manahan. 

"Perang total, ya, sepertinya pernah dengar," jawab Anas. 

Kemudian, Teuku bertanya kembali bagaimana Moeldoko menjelaskan soal "perang total". Anas jawab, dengan pemahamannya, Moeldoko berpesan bahwa upaya pemenangan itu diharapkan sebagai upaya yg serius.

"Kami memahaminya himbauan kepada kami semua dan para saksi yg hadir sbg peserta agar bekerja serius di tempatnya masing-masing. Soal bahasa dan istilah itu kami memaknainya sbg pesan agar kami bekerja secara serius," jelas Anas. 

Teuku bertanya lagi, kali ini mengutip saksi paslon 02 Khairul Anas pada keterangannya 2 hari lalu. Khairul menyebut ada diksi yang dikeluarkan dari pernyataan Hasto. 

"Dia (Khairul) bilang mendengar adanya keterangan-keterangan, yang pertama 'kita di back up aparatur' . Kedua ada diksi dari pak Hasto dan pak Ganjar tentang kalimat 'radikal' , 'Islam ekstrim' , 'pro khilafah', 'anti Pancasila' , 'anti kebhinekaan'. Saudara mendengar narasi itu?" tanya Teuku. 

Anas menjawab, dalam pemahamannya pernyataan itu diungkapkan untuk merespons isu-isu yang berkembang di masyarakat, termasuk di media sosial. Isu ini, kata Anas, dikembangkan pihak tertentu untuk menjatuhkan capres-cawapres 01 dalam kontestasi politik 2019.

"Yang saya pahami begini, banyak berkembang sekarang di masyarakat soal isu-isu yang dikembangkan pihak-pihak tertentu untuk melemahkan atau mempengaruhi orang agar tidak memilih 01 dengan berbagai isu," papar Anas. 

Rekomendasi