Kekerasan Masih Bayangi Hari Jadi Polisi ke-73

| 01 Jul 2019 16:14
Kekerasan Masih Bayangi Hari Jadi Polisi ke-73
Foto ilustrasi (Anto/era.id)
Jakarta, era.id - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) berulang tahun. Di tahun ke-73 sejak berdiri, Korps Bhayangkara masih lekat dengan tindak kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) punya catatannya.

Menurut data KontraS, setidaknya ada 643 kasus kekerasan yang patut jadi sorotan di hari jadi Polri ini. Seluruh kasus yang tercatat itu terjadi dalam kurun waktu Juni 2018 hingga Mei 2019.

Koordinator KontraS, Yati Adriyani mengatakan, dalam kurun waktu tersebut, 651 orang tewas dan 247 luka-luka akibat aksi represif aparat penegak hukum. Selain itu, 856 lainnya jadi tangkapan Polri.

"Dalam laporan ini, kami menemukan adanya penggunaan senjata tajam oleh Polri, pembatasan ekspresi warga, seperti demonstrasi. Kami juga memotret kinerja lembaga di internal dan eksternal baik di tingkat Polsek, Polres maupun Polda di seluruh daerah," ujar Yati ditulis Senin (1/7/2019).

Yati menyebut temuan tersebut berdasarkan laporan masyarakat sipil, sebagai bagian dari partisipasi untuk mendorong akuntabilitas Polri dalam menjalankan tugas dan fungsi.

Laporan tersebut terbagi dalam tiga hal, pertama secara khusus menyoroti adanya keterlibatan aparat kepolisian dalam praktek penyiksaan dan kesewenang-wenangan dalam menafsirkan dan menggunakan diskresi, yang mengakibatkan korban luka dan tewas.

Kemudian, KontraS menyoroti adanya kekerasan dalam penanganan ekspresi warga dalam demonstrasi, unjuk rasa dan bentuk ekspresi warga lainnya, di mana hal itu bertentangan dengan fungsi Polri untuk melindungi masyarakat.

Selanjutnya, lembaga swadaya tersebut menyoroti kinerja lembaga pengawas internal dan eksternal, yang dinilai lemah dalam menjalankan fungsi korektif atas tindakan dan kebijakan yang tidak sesuai ketentuan oleh institusi kepolisian.

Selain itu di tahun politik, KontraS menyoroti tantangan luar biasa yang dihadapi Polri dalam menjaga independensi mereka sebagai penegak hukum dan memberi pelayanan kepada masyarakat.

KontraS paling menyoroti kinerja Polri dalam penggunaan diskresi dalam menangani peristiwa ricuh 21-22 Mei, kontroversi yang timbul dari penanganan kasus tersebut mengakibatkan munculnya sentimen negatif di salah satu kubu.

"Ini menjadi ujian cukup berat untuk menjaga netralitas di tengah polarisasi masyarakat, betul-betul menantang netralitas kepolisian," ujar Yati.

Tags : anggaran dki
Rekomendasi