Kala KDRT Picu Gelombang Demonstrasi di Paris

| 07 Jul 2019 12:01
Kala KDRT Picu Gelombang Demonstrasi di Paris
Ilustrasi (Pixabay)
Paris, era.id - Ratusan pendemo berkumpul di Paris Tengah, pada Sabtu (6/7). Mereka bersuara untuk peningkatan kesadaran terhadap perlindungan perempuan dan menuntut tindakan yang lebih keras terhadap pembunuh perempuan di Prancis. 

Sambil berteriak: cukup, serta membawa spanduk yang bertuliskan, "hentikan Femicides" atau "planet ini memerlukan perempuan hidup," massa yang berkerumun mendatangi Bundaran Place de la Republique sebagai bagian dari demonstrasi yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi non-pemerintah hak asasi perempuan untuk memprotes tingginya "femicide", pembunuhan perempuan, oleh pria karena jenis kelaminnya.

Perempuan dari segala usia dan beberapa lelaki juga mengheningkan cipta selama 74 detik untuk mengenang 74 perempuan yang diduga dibunuh di Prancis selama tahun ini, demikian data yang dikumpulkan oleh kelompok "Femicides pas compagnons ou ex" (Pembunuhan perempuan oleh mitra atau mantan) di Facebook. Empat perempuan, katanya, dibunuh pekan ini.

Menurut data Kementerian Dalam Negeri, 130 perempuan diduga dibunuh pada 2017 oleh suami atau pasangan mereka, naik dari 123 pada 2016, ditulis Antara, Minggu (7/7/2019),

"itu adalah pembantaian," kata Jullie Gayet, aktris Prancis dan pasangan mantan presiden Peancis Francois Hollande, dalam protes itu. "Kita perlu meningkatkan kesadaran mengenai apa yang terjadi hari ini, yang berarti bahwa meskipun masyarakat berkembang, ada kemunduran, dan bahkan makin banyak perempuan meninggal hari ini."

Di dalam satu wawancara mingguan dengan Journal du Dimanche, Menteri Kesetaraan Gender Prancis Marlene Schiappa mengatakan pemerintah pada September akan meluncurkan konsultasi luas untuk merancang langkah baru guna mencegah pembunuhan perempuan. Konsultasi itu akan melibatkan menteri kehakiman dan dalam negeri, kelompok penasehat dan organisasi lain non-pemerintah. Ia mengatakan pemerintah juga akan melancarkan kegiatan untuk memastikan kasus kekerasan dalam rumah tangga dilaporkan.

"Tak ada negara yang telah mencapai nol pembunuhan perempuan, tapi saya kira jika kita semua menanganinya, kita dapat secara bersama berbuat lebih baik untuk jangka panjang," katanya.

Rekomendasi