Kursi Menteri Demi Merangkul Golkar

| 18 Jan 2018 07:05
Kursi Menteri Demi Merangkul Golkar
Presiden Joko Widodo melantik Idrus Marham sebagai Menteri Sosial, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/1/2018). (istimewa)
Jakarta, era.id – Rabu (17/1) pagi, Presiden Joko Widodo melantik Idrus Marham menjadi Menteri Sosial, di Istana Negara, Jakarta. Setelah Idrus dilantik, makin kuat penilaian bahwa Jokowi sedang merangkul Golkar demi mengamankan tiket Pemilihan Umum Presiden 2019. 

Idrus yang menjabat Sekretaris Jenderal Partai Golkar menggantikan Khofifah Indar Parawansa karena maju pada Pilkada Jawa Timur 2018. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Idrus tak rangkap jabatan menteri dan sekjen partai.

Masuknya Idrus menambah kursi Golkar dalam Kabinet Kerja menjadi tiga, Mensos, Menko Maritim, dan Menteri Perindustrian. Jumlah kursi yang sangat lumayan karena Golkar tidak membantu Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014. Bahkan menjadi motor untuk kubu yang berseberangan, Koalisi Merah Putih (KMP), pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Jokowi yang mendapat dukungan 109 kursi DPR atau 18,95 persen suara nasional dari PDI Perjuangan, akan semakin kuat pada Pilpres 2019 jika dapat dukungan 91 kursi atau 14,75 persen suara nasional yang diperoleh Golkar pada Pemilihan Legislatif 2014. 

Wajar kalau ada yang bilang Golkar kini jadi anak emas Jokowi. Dulu, Jokowi tegas melarang menterinya rangkap jabatan, tapi kini membiarkan Airlangga Hartarto rangkap jabatan Ketua Umum Golkar dan Menteri Perindustrian. Kata Jokowi, Airlangga masih diperlukan dalam kabinet.

Beberapa kali ditanya soal rangkap jabatan, Airlangga selalu bilang itu jadi hak prerogatif presiden. Idrus memberikan jawaban senada dengan mengatakan posisi Airlangga dalam kabinet sama-sama memberikan keuntungan untuk Golkar dan Jokowi.

Soal Golkar, Jokowi sangat paham kondisi di internal partai berlambang pohon beringin tersebut. Saat membuka Munas Luar Biasa Partai Golkar, di JCC Senayan, akhir tahun lalu, Jokowi lugas mengatakan ada grup-grup besar di tubuh Golkar. 

Dengan gaya berseloroh, Jokowi mengatakan Golkar diisi faksi Wakil Presiden Jusuf Kalla, faksi Aburizal Bakrie, Luhut Pandjaitan, Akbar Tandjung, Agung Laksono, dan lainnya. Faksi-faksi ini, kata Jokowi, harus tetap solid untuk menjaga stabilitas Golkar dan politik nasional jelang bergulirnya Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.

Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Muradi, menilai Golkar kini berada dalam posisi paling menguntungkan. Dengan bertambahnya kursi di kabinet, makin jelas juga warna Golkar sebagai partai yang akan mendukung penuh pemerintah dan mendukung Jokowi pada pilpres tahun depan.

“Dalam politik menjadi jelas bahwa Golkar akan full support untuk Jokowi, memperkuat keyakinan Jokowi terkait mesin politik Golkar untuk 2019,” ucap Muradi.

 

Tags : golkar reshuffle
Rekomendasi