Resahnya Manusia Modern Ketika Listrik Padam

| 05 Aug 2019 13:29
Resahnya Manusia Modern Ketika Listrik Padam
Ilustrasi gambar oleh Ilham/era.id
Jakarta, era.id - Padamnya listrik di sebagian pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Jawa Barat membuat banyak warga bersungut-sungut di media sosial. Tagar #matilistrik sempat bertengger di trending topic Twitter dalam beberapa waktu belakangan. 

Padahal, jaringan operator seluler juga ikut ngadat. Tapi, hal itu tak menghambat warganet yang merasakan dampak padamnya listrik ini mengutarakan kekesalannya di akun media sosial.

Ahda Bayhaqi (26), seorang pekerja swasta mengaku resah saat menghadapi listrik rumahnya yang padam di daerah Matraman, Jakarta Timur, selama 9 jam. Hari liburnya yang biasanya dihabiskan dengan bermain game Play Station di rumahnya, terpaksa tidak bisa dilakukan. Ia pun turut megungkapkan kekesalannya di media sosial. 

Pakar psikologi Kasandra Putranto menganggap keresahan masyarakat atas padamnya listrik sebagai hal yang wajar, karena saat ini hampir semua kegiatan sehari-hari bergantung pada daya listrik. 

"Dengan listrik mati, banyak ancaman terhadap kehidupan manusia, terutama makan dan minum. Kita juga enggak bisa mandi karena tidak ada air bersih yang mengalir," kata Kasandra kepada era.id, Semin (5/8/2019).

Banyak juga pekerjaan yang mandek akibat matinya listrik. Seperti pengemudi ojek online yang baterai ponselnya mati sehingga tidak bisa ngojek, juga dengan restoran yang tidak menyediakan genset dan terpaksa menutup usahanya seharian. 

"Karena itu, wajar saja masyarakat resah karena sumber kehidupannya terganggu dan terancam," ujar dia. 

Lebih lanjut, Kasandra beranggapan kebutuhan hidup sekarang tidak bisa disamakan dengan fakta bahwa zaman dulu orang bisa baik-baik saja bertahan hidup tanpa adanya listrik. Kebutuhan primer saat ini bukan cuma pakan, sandang, dan papan. Hampir semua mata pencaharian bergantung pada teknologi, dan listrik menjadi sumber dayanya, 

"Coba bayangkan, dulu sumur masih menampung banyak air, kita bisa mudah menimba. Sekarang, banyak sumur yang sudah mengering kan? Dari hal mendasar saja sudah ketahuan bedanya," jelas dia. 

Banyak yang menyalahkan Perusahaan Listrik Negara atas kejadian ini, walaupun kita juga tahu bahwa PLN juga sebenarnya tidak menghendaki pemadaman listrik secara meluas begini. Bahkan, Presiden Joko Widodo sampai menegur Dirut PLN dan meminta jangan sampai listrik padam lagi. 

"Memang paling enak menyalahkan orang lain. Tetapi tentu saja, Harus dipastikan yang paling bertanggung jawab Dari kejadian ini. Tentu manajemen PLN harus berani memberikan penjelasan terbuka," ungkap Kasandra. 

Sebelumnya, mati listrik secara masal terjadi di hampir separuh Pulau Jawa. Kondisi tersebut terjadi di Jabodetabek, sebagian Jawa Barat dan Jawa Tengah sejak pukul 11.48 WIB, Minggu (4/8). Padamnya listrik juga berimbas pada infrastruktur baik transportasi dan komunikasi selama beberapa jam.

Pemadaman terjadi akibat gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Itu mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan dan diikuti gangguan di seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa.

PT PLN (Persero) memprediksi kerugian yang dialaminya akibat pemadaman listrik massal mencapai kurang lebih Rp90 miliar. Angka itu berasal dari 9.000 MW listrik yang hilang, dikali dengan lamanya durasi pemadaman sekitar 10 jam dengan harga tarif listrik per kWh-nya Rp 1.457 per kWh. 

Rekomendasi